Densus 88 Diadukan ke Komnas HAM


JAKARTA (Arrahmah.com)Kecaman dan tuntutan kepada Densus 88 terus bergulir. Setelah ratusan pemuda Solo menuntut dibubarkannya Densus 88 (21/05/2010), TPM dan Ustadz Abu Jibril kini mengadukan Densus 88 ke Komnas HAM (26/05/2010). Densus 88 diadukan ke Komnas HAM terkait penembakan brutal yang dilakukan belakangan ini. Akankah Densus 88 dibubarkan?
Penembakan & Penangkapan Oleh Densus 88, Tindakan Zalim!
Ustadz Abu Jibril dan TPM mendatangi Komnas HAM hari ini, Rabu (26/05/2010). Ketika diterima oleh Komisioner Komnas HAM, Ridha Saleh, Ustadz Abu Jibril langsung mengeluarkan pendapatnya :
"Kejahatan Densus 88 sudah di luar batas, tapi belum ada tindakan yang dikenakan kepada Densus 88."
Ustadz Abu Jibril juga mengatakan, Densus 88 telah melanggar HAM karena telah menangkap, menculik, dan membunuh tanpa bukti. "Termasuk ketika menangkap Jibril (Muhammad Jibril, anak Ustadz Abu Jibril), menggeladah rumah saya, tidak ada surat dari pengadilan," kata Ustadz Abu Jibril. Hal yang sama juga dilakukan terhadap orang-orang yang disangka teroris lainnya.
Sementara itu, Muannas dari TPM menyatakan bahwa :
"Penangkapan sekaligus penembakan yang dilakukan Densus 88 terhadap beberapa orang tidak sesuai dengan standar prosedur yang berlaku. Kami juga akan membahas isu-isu terorisme yang berkembang saat ini,"

Sebagaimana kita ketahui, sejumlah penggerebekan kasus terorisme di beberapa daerah sering disertai dengan penembakan yang menewaskan sasaran. Misalnya saja penangkapan terhadap Maulana Cs di Cawang beberapa waktu lalu.

Sejumlah saksi di Cawang mengatakan, Maulana tiba-tiba saja ditembak saat hendak menaiki motor. Padahal Maulana tidak tampak melakukan perlawanan kepada Densus 88. Sedangkan dua teman Maulana lainnya ditangkap setelah anggota Polri memukul mereka dengan batu dan senjata, tanpa ada perlawanan sedikit pun.
Tuntutan : Bubarkan Densus 88!
Tuntutan para pemuda Solo ketika berorasi di depan Mapoltabes Surakarta adalah dibubarkannya Densus 88. Menurut mereka, Densus 88 telah berbuat di luar prosedur hukum, melanggar HAM dan keberadaanya justru tidak membuat simpati masyarakat luas.
Sementara itu TPM dan Ustadz Abu Jibril yang mendatangi Komnas HAM, meminta agar segera dibentuk tim adhoc yang secara khusus menangani pelanggaran HAM berat yang telah dilakukan oleh Densus 88. Ujung-ujungnya tentu permintaan agar Densus 88 dibubarkan!
Ironisnya, Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Zainuri Lubis menegaskan tindakan Densus 88 yang mengeluarkan tembakan tersebut karena untuk mencegah anggotanya tewas seperti saat penyergapan teroris di Aceh. Tapi mengapa ada diskriminasi terhadap umat Islam?

Ustadz Abu Jibril mengatakan, istilah teroris memang hanya diperuntukkan bagi orang Islam. Menurut dia, orang-orang yang mengganggu keamanan dan jelas-jelas menembak polisi di Papua itu tidak disebut teroris, melainkan disebut separatis. Dengan alasan itu, Densus 88 telah melakukan ketidakadilan.

Lebih lanjut Ustadz Abu Jibril mengatakan, UU Terorisme memang sengaja dibuat oleh Amerika Serikat dan Indonesia untuk menghentikan semangat jihad. Dia juga mengeluhkan adanya penyebutan Masjid Al-Munawarroh sebagai masjid teroris. Masjid itu berada di Pamulang tempat Ustadz Abu Jibril tinggal.

Guntur Fattahillah dari TPM Pusat, mengatakan, pelanggaran HAM oleh Polri dalam kasus-kasus terorisme tidak hanya terjadi pada kasus Ustadz Abu Jibril saja.
"Pelanggaran HAM ini sudah terjadi sejak awal tahun 2000 atau sejak munculnya konflik Poso dan Ambon," kata Guntur. Dari peristiwa tersebut, selalu ada pola yang sama dalam pelanggaran HAM yang dilakukan.

Guntur meminta Komnas HAM untuk membentuk tim adhoc yang khusus menangani pelanggaran HAM yang dilakukan Polri, khususnya Densus 88 dalam setiap kasus terorisme. Hal itu dinilai penting agar pelanggaran HAM bisa terungkap dan tidak ada lagi stigma negatif terhadap umat Islam.

Terkait dengan hal itu, Komisioner Komnas HAM Ridha Saleh menerima secara resmi laporan dan pengaduan dari Ustadz Abu Jibril. Namun, Ridha belum bisa menjanjikan ihwal pembentukan tim adhoc itu. "Itu harus terlebih dulu dibahas di paripurna bersama komisioner yang lain," jelasnya. Akankah Densus 88 dibubarkan ? Semoga!
(M Fachry/arrahmah/dari berbagai sumber)
link sumber: http://www.arrahmah.com/index.php/news/read/7954/densus-88-diadukan-ke-komnas-ham

Sembilan aspek Tarbiyah bagi Muslim unggulan


Serbagai usaha dilakukan para ulama dari berbagai zaman untuk menggali dan merumuskan manhaj Rasulullah serta tahap-tahapnya mendidik Muslimin generasi pertama menjadi manusia-manusia unggulan sepanjang masa. Di antara para ulama agung itu adalah Ibnu Qayyim al-Jauziyah (lahir di Damaskus 691H). Hasan bin Ali Hasan al-Hijazy merangkum pemikiran Ibnu Qayyim yang tersebar itu dalam sebuah disertasi doktornya di Fakultas Ilmu-ilmu Sosial jurusan Tarbiyah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud, Arab Saudi (Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, penerbit al-Kautsar, Jakarta, Pebruari 2001).

Di bawah ini adalah tips melaksanakan 9 jenis tarbiyah yang digali Ibnu Qayyim rangkuman Dr Hasan al-Hijazy itu.


1. Tarbiyah Imaniyah (mendidik iman)

Ada tiga sarana (wasilah) untuk mendidik iman.
Pertama, selalu mentadabburi (mengamati, mempelajari, menghayati) tanda-tanda kekuasaan Allah Dzat Pencipta serta keluasan rahmat dan hikmah perbuatan-Nya. Tadabbur itu bisa dilakukan dengan penglihatan biasa (bashirah), bisa pula dengan penalaran akal sehat, dengan mentadabbur kekuasaan Allah, hasil-hasil ciptaan-Nya, gejala-gejala alam, kesempurnaan penciptaan manusia, juga ayat-ayat al-Qur'an.

Kedua, selalu mengingat kematian yang penuh kepastian.

Ketiga, mendalami fungsi semua jenis ibadah ibadah sebagai salah satu cara mendidik iman. 

Caranya dengan banyak mengerjakan amal shalih yang sendi utamanya adalah keikhlasan; juga memperbanyak doa dan harapan kepada Allah semata; menghindari riya' dalam berkata dan bertindak; mencintai firman Allah; berkeyakinan bahwa kelak akan berjumpa langsung dengan Allah; terakhir, melanggengkan rasa syukur dalam keadaan apapun.


2. Tarbiyah Ruhiyah (mendidik ruhani)

Ibnu Qayyim mencatat 7 cara melakukan tarbiyah ruhiyah, yaitu: memperdalam iman kepada hal-hal (ghaib) yang dikabarkan Allah seperti azab kubur, alam barzakh, akhirat, hari perhitungan; memperbanyak dzikir dan shalat; melakukan muhasabah (introspeksi diri) setiap hari sebelum tidur; mentadabburi makhluk Allah yang banyak menyimpan bukti-bukti kekuasaan, ketauhidan, dan kesempurnaan sifat Allah; serta mengagungkan, menghormati, dan mengindahkan seluruh perintah dan larangan Allah.


3. Tarbiyah Fikriyah (mendidik pikiran)

Kegiatan tafakkur (merenung/berkontemplasi) menurut Ibnu Qayyim adalah menyingkap beberapa perkara dan membedakan tingkatannya dalam timbangan kebaikan dan keburukan. Dengan tafakkur, seseorang bisa membedakan antara yang hina dan yang mulia, dan antara yang lebih buruk dari yang buruk. Kata Imam Syafi'i, "Minta tolonglah atas pembicaraanmu dengan diam dan atas analisamu dengan tafakkur." Ibnu Qayyim mengomentari kalimat itu dengan berkata, "Yang demikian itu dikarenakan tafakkur adalah amalan hati, dan ibadah adalah amalan jawarih (fisik), sedang kedudukan hati itu lebih mulia daripada jawarih, maka amal hati lebih mulia daripada amal jawarih. Di samping itu, tafakkur bisa membawa seseorang kepada keimanan yang tak bisa diraih oleh amal semata." Sebaik-baik tafakkur adalah saat membaca al-Qur'an, yang akan mengantar manusia kepada ma'rifatullah (mengenal Allah).


4. Tarbiyah 'Athifiyah (mendidik perasaan)

Naluri (insting), kesedihan, kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan cinta merupakan perasaan-perasaan utama yang selalu mendera manusia. Sedangkan cinta adalah perasaan yang bisa menjadi motivasi paling kuat untuk menggerakkan manusia melakukan apapun.

Maka Ibnu Qayyim memberi 11 resep mendudukan perasaan cinta, yaitu:

Menanamkan perasaan yang kuat bahwa seorang hamba sangat membutuhkan Allah, bukan yang lain;
Meyakinkan diri sendiri bahwa satu hati yang menjadi milik manusia harus dipenuhi hanya oleh satu cinta;
Mengokohkan perasaan bahwa pemilik segala sesuatu di dunia ini Allah semata;
Beribadah kepada Allah dengan nama-namanya Yang Maha Awal, Maha Akhir, Maha Zhahir, dan Maha Bathin demi menumbuhkan rasa fakir (butuh) kepada Allah;
Bersikap tegas bahwa tak ada yang lebih tinggi dan mulia kedudukannya sesudah Allah;
Menanamkan ma'rifat tentang betapa banyak nikmat Allah dan betapa banyak kelemahan kita;
Menanamkan ma'rifat bahwa Allah-lah yang telah menciptakan semua perbuatan hambanya dan telah menanamkan iman di dalam hatinya;
Menanamkan perasaan butuh pada hidayah Allah dalam setiap detik kehidupannya;
Serius memanjatkan doa-doa yang meminta pertolongan Allah dalam menghadapi apapun;
Menanamkan kesadaran penuh akan nikmat dan karunia-Nya yang begitu banyak; serta,
Menanamkan ilmu bahwa cinta kepada Allah merupakan tuntutan iman.

5. Tarbiyah Khuluqiyah (mendidik akhlaq)

Misi utama Rasulullah di muka bumi untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Contoh-contoh utama akhlaq mulia yang diharapkan dari seorang Muslim adalah sabar, syaja'ah (keberanian), al-itsar (mendahulukan kepentingan orang lain), syukur, jujur, dan amanah.

Cara mendidikkan aklaq yang mulia itu adalah: pertama, mengosongkan hati dari iktikad dan kecintaan kepada segala hal yang bathil; kedua, mengaktifkan dan menyertakan seseorang dalam perbuatan baik (al-birr); ketiga, melatih dan membiasakan seseorang dalam perbuatan baik itu; keempat, memberi gambaran yang buruk tentang akhlaq tercela; dan kelima, menunjukkan bukti-bukti nyata sebagai buah dari akhlaq yang mulia.


6. Tarbiyah Ijtimaiyah (mendidik bermasyarakat)

Pendidikan kemasyarakatan yang baik adalah yang selalu memperhatikan perasaan orang lain. Seorang Muslim dalam masyarakat tidak dibenarkan menyakiti saudaranya walaupun hanya dengan menebarkan bau yang tidak enak. Bahkan Ibnu Qayyim berpendapat, tidak cukup hanya tidak menyakiti perasaan, seorang Muslim harus mampu membahagiakan dan menyenangkan hati saudara-saudara di sekitarnya.


7. Tarbiyah Iradiyah (mendidik cita-cita)

Tarbiyah iradiyah berfungsi mendidik setiap Muslim untuk memiliki kecintaan terhadap sesuatu yang dicita-citakan, tegar menanggung derita di jalannya, sabar dalam menempuhnya mengingat hasil yang kelak akan diraihnya serta melatih jiwa dengan kesungguhan dalam beramal. Tanda-tanda iradah yang sehat adalah kegelisahan hati dalam mencari keridhaan Allah dan persiapan untuk bertemu dengan-Nya. Seseorang yang iradah-nya sehat juga akan bersedih karena menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak diridhai Allah. Sedangkan iradah yang rusak akan lahir dalam bentuk penyakit ilmu, pengetahuan, dan keahlian yang berlawanan dengan syari'ah Allah.


8. Tarbiyah Badaniyah (mendidik jasmani)

Seorang Muslim harus secara terprogram memperhatikan unsur badan, menjaganya dan memenuhi hak-haknya secara sempurna. Perhatian yang demikian akan mengantarkan seseorang pada ketaatan penuh dan kesempurnaan dalam menjalankan semua yang diwajibkan Allah kepadanya. Tarbiyah badaniyah ini meliputi: pembinaan badan di waktu sehat; pengobatan di waktu sakit; pemenuhan kebutuhan gizi; serta olah raga (tarbiyah riyadhah).


9. Tarbiyah Jinsiyah (pendidikan seks)

Insting seks merupakan sesuatu yang diciptakan Allah, yang segera diwadahi oleh satu-satunya lembaga halal yaitu pernikahan.

Faedah dari seks (jima') menurut Ibnu Qayyim adalah: pertama, menjaga dan melestarikan kehidupan manusia; kedua, mengeluarkan sperma yang jika tertimbun terlalu lama dalam tubuh akan membahayakan kesehatan manusia; dan ketiga, wasilah untuk memenuhi hajat seksual dan untuk meraih kenikmatan batin dan biologis.

Tarbiyah jinsiyah bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: memperbanyak pembicaraan tentang bahaya-bahaya zina dan berbagai kerusakan yang ditimbulkannya, termasuk ancaman terhadap dosa zina; menyebarluaskan peringatan dan penjelasan tentang bahaya serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan perilaku homoseksual; menjadikan kebiasaan untuk membatasi pandangan mata sebagai kebudayaan di tengah masyarakat; tidak berkata-kata maupun melangkahkan kaki kecuali kepada hal-hal yang pasti mendapat pahala dari Allah; menyatakan perang terhadap semua bentuk nafsu dan keinginan yang buruk; meniadakan waktu yang kosong; memperbanyak ibadah sunnah; melarang anak-anak bergaul dengan teman yang buruk akhlaqnya; melarang anak-anak dengan keras untuk mendekati khamr (minuman keras); serta melindungi anak dari penyimpangan fitrah kelaminnya.· (wpr)


TOK, TEKAD, Refleksi 10 tahun KAMMI


Perhelatan akbar terjadi pada sabtu dan minggu kemarin yang diadakan KAMMI KOMFAK TEKNIK dengan mengundang semua senior dan junior mulai 2002-2009. Sebuah fenomena besar dalam mengmban amanah dakwah yang akan menjadi agenda khusus bagi KAMMI KOMFAK TEKNIK kedepannya nanti. Partisipasi dari semua angkatan merupakan sebuah eksistensi yang di tunjukkan oleh para kader kammi dalam acara tersebut. Terlihat sebuah kebersamaan yang cukup erat terjalin antara seluruh kader KAMMI terjadi pada acara tersebut. Berbagai lomba yang diadakan juga menambah kehangatan yang terjadi pada saat TEKAD (Temu Kader) KAMMI 2010. Inilah sebuah rasa kekeluargaan yang terjalin antara kader KAMMI.

Dilanjutkan pada hari yang sama sebuah training yang luar biasa yang dihadiri oleh kader kammi komfak teknik dan polines dalam rangka untuk mempertajam daya analisa dan skil keorganisasian TOK (Training Organisasi Kepemimpinan). Training ini di adakan dalam rangka untuk mewujudakn visi kammi yaitu menciptakan pemimpin-peminpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudakn bangsa dan negara yang islami di Indonesia.

Semoga dapat memberikan inspirasi untuk kedepannya nanti dalam rangka menciptakan dinamika kampus saat ini. (Pershum)

Mahasiswa Punya Hutang



Keadaan mahasiswa sekarang semakin hedonis saja, seolah-olah mereka tanpa beban untuk menjalankan segala aktivitas yang hanya berfoya-foya saja. Mahasiswa sekarang lebih mementingkan kepentingan ego mereka saja, tanpa memedulikan lingkungan sekitarnya. Alih-alih mikir negara, mikir tugas kuliah pun di anggap hanya sebuah beban yang memberatkan saja. Mereka masa bodoh dengan keadaan sekitar, seakan-akan apapun keadaan di sana tidak mempengaruhi mereka. Itulah salah satu potret mahasiswa kita.

Tahukah kalian? Bahwa merekalah yang masyarakat anggap sebagai kaum intelektual. Merekalah yang masyarakat anggap selama ini merupakan sekelompok orang yang berpendidikan lebih yang selanjutnya dapat dipercaya untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di masyarakat kita ini. Namun mereka tanpa beban meremehkan kepercayaan kita ini. Mereka masa bodoh dengan berbagai problema yang terjadi di masyarakat, yang penting bisa kumpul-kumpul nggak jelas sama gerombolan mereka.

Padahal selama ini mahasiswa Indonesia menanggung beban hutang yang harus dipertanggungjawabkan. Selama ini mahasiswa masih mendapatkan subsidi dari pemerintah untuk biaya kuliahnya, dan biaya yang digunakan untuk mensubsidi itu berasal dari pajak yang dibebankan oleh pemerintah terhadap rakyat bangsa ini. Ditengah kondisi ekonomi yang nggak jelas ini, para tukang becak, pedangang asongan, tukang ojek, dan golongan masyarakat ekonomi bawah lainnya masih di bebani permintah dengan pajak. Dan sebagian dari pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah itu digunakan untuk mensubsidi biaya kuliah kita.

Sebuah penghianatan yang besar, apabila kita dengan santainya kongkow-kongkow di café, nongkrong nggak jelas, padahal di tempat lain para pedagang asongan, tukang becak berlelah ria untuk mencari rupiah yang dengan penghasilan yang sedikit itu masih dipotong untuk membayar untuk mensubsidi biaya kuliah kita. Sebuah penghianatan yang besar jika kita tidak ikut andil untuk berperan serta dalam penyelesaian berbagai masalah yang terjadi di masyarakat. Padahal selama ini mahasiswa masih masih mendapatkan perhargaan yang besar di kalangan masyarakat sebagai kaum yang terpelajar. Namun selama ini kita membohongi mereka, alih-alih mikirin problema masyarakat mikirin kuliah aja nggak pernah.

Kawan, begitulah, selama ini kita mempunyai beban yang sangat besar, beban hutang yang kita tanggung selama kita kuliah, beban moral yang diberikan masyarakat kepada kita. Tapi itu semua lebih pantas untuk disebut sebagai konsekuensi, bukan beban. Semua itu adalah konsekuensi kita sebagai mahasiswa. Para tukang becak itu membayari sebagian kuliah kita melalui subsidi yang disalurkan negara tidak untuk menciptakan mahasiswa yang setelah lulus malah menjadu beban Negara. Yang setelah diwisuda hanya menambah daftar panjang para pengangguran. Semua konsekuensi itu mau tidak mau harus kita tanggung bersama.

Oleh karena itu kita adalah seorang pengecut, jika dengan seenaknya menyianyiakan segala yang diberikan oleh rakyat bangsa ini. Kita adalah seorang pengecut, jika menyianyiakan segala harapan rakyat bangsa ini. Teman-teman, kondisi bangsa ini sudah semakin semrawut, kita yang di anggap kaum terdidik ini jangan sampai semakin menambah semrwutnya bangsa ini. Kita adalah kaum intelektual yang logikanya kita lebih bisa untuk berfikir cerdas. (jundi4)

Hidup mahasiswa….!!! Bangsa ini menunggumu…..

Untuk para Pejuang

Pejuang Peradaban….
Membangun peradaban itu tidak membutuhkan pejuang-pejuang yang cengeng…
yang mengeluh saat hambatan tersentuh..
Membangun peradaban itu tidak membutuhkan mental-mental pecundang…
yang terpental saat kejumudan menghadang…
Membangun peradaban itu sulit…
Tidak ada kesempatan yang berfikiran sempit..
Membangun peradaban itu panjang…
Hanya untuk para pejuang…
Membangun peradaban itu membutuhkan PERJUANGAN…………
Membangun peradaban itu membutuhkan KEIKHLASAN….
Membangun peradaban itu membutuhkan KEFAHAMAN…
Membutuhkan pejuang-pejuang yang…
Selalu bergerak sampai kelelahan lelah mengikuti geraknya..
Selalu berjuang sampai sampai kebosanan bosan bersamanya..
Selalu berinovatif sampai kejumudan jumud dengannya..
Selalu ceria karena yakin Allah selalu memberikan pertolongan padanya..
Selalu tersenyum bahkan saat yang lainnya merasa pahit..
Selalu menerima nasehat ketika merasa dirinya sedang tersesat..
Bergeraklah tidak mengenal kata henti sampai Surga di kakimu…
(Jundi4)

Pemimpin Itu…Belajar dari Khalid bin Walid

Akhirnya kita sampai pada kisah kemenangan ekspedisi pasukan Muslim pada perang Yarmuk. Ekspedisi yang dipimpin Khalid bin Walid untuk menaklukan kebesaran Imperium Romawi, pada masa kekhalifahan Abu Bakar As-Shidiq.
Di suatu daerah yang bernama Yarmuk, pasukan Muslimin dengan pasukan Romawi bertemu. Telah sebulan lamanya, dua kubu tersebut berada di tempat itu, namun tidak ada yang berani menyerang lebih dulu. Masing-masing pada posisi saling menunggu dan menjaga jarak. Apa yang menahan mereka sehingga tidak segera saling bertempur? Rupanya, masing-masing pasukan sama-sama merasa gentar untuk bertempur.
Kubu Muslim merasa gentar untuk memulai menyerang lebih dulu karena mereka melihat jumlah kekuatan pasukan Romawi yang luar biasa besar. Inilah pengerahan pasukan yang terbesar dalam sejarah peperangan di dunia. Bayangkan! Pada saat itu, Romawi mengerahkan 240 ribu pasukan untuk menghadapi pasukan Muslim, yang jumlahnya jauh lebih kecil, hanya 36 ribu pasukan. Merek
a belum punya pengalaman menghadapi pasukan dengan jumlah sebesar itu. Nyali pasukan Muslim menjadi ciut.
Lain halnya dengan pasukan Romawi. Mereka gentar karena melihat track record pasukan Muslim yang tak terkalahkan meskipun jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan jumlah mereka sendiri. Kisah-kisah penaklukan dan kemenangan pasukan Muslim dalam setiap peperangan sebelumnya telah menyebabkan pasukan Romawi berpikir seribu kali untuk menyerang lebih dulu. Mereka dihantui perasaan cemas dan gelisah akan menderita kekalahan dalam menghadapi pasukan Muslim.
Situasi berkembang menjadi tidak menentu. Di kalangan pasukan Muslim mulai dibayangi bahaya akan lunturnya disiplin dan pengkianatan anggota. Semakin besar kemungkinan akan adanya sebagian anggota yang melarikan diri, terutama bagi mereka yang baru saja masuk Islam, sehingga keimanan mereka belum mantap benar. Apalagi setelah melihat kekuatan musuhnya, dengan jumlah dan perlengkapan perang yang besar.
Melihat perkembangan demikian, Khalid bin Walid, selaku pimpinan perang, segera menganalisa situasi. Dia menyimpulkan bahwa rahasia kemenangan dalam peperangan ini adalah pada ketepatan strategi dan kekuatan mental pasukan, terutama pada keteguhan hati. Ia memandang bahwa larinya dua tiga orang tentara dari kesatuan mereka, akan menyebarkan kepanikan dan kekacauan seluruh pasukan. Akhirnya, sebelum mental pasukan benar-benar jatuh, dia memutuskan untuk menyerang lebih dulu dengan strategi memecah pasukan dalam beberapa kesatuan untuk memunculkan kesan gelombang pasukan yang besar.
Pada hari yang ditentukan, sebelum melakukan penyerangan, Khalid berpidato membakar semangat, meneguhkan mental pasukannya, “Hari ini adalah hari-hari Allah, tidak pantas kita berbangga-bangga dan berbuat durhaka. Maka ikhlaskanlah jihad kalian, dan harapkanlah ridha Allah dengan amal kalian. Daripada kalian sibuk menghitung jumlah musuh, lebih baik kalian sibuk menebas batang leher mereka………………..”
Setelah seluruh pasukan menempatkan diri pada posisi yang telah ditetapkan, Khalid memerintahkan perempuan-perempuan Muslimah yang ikut ekspedisi Yarmuk untuk mengambil senjata. Mereka diperintahkan untuk berada di belakang barisan pasukan Muslimin di setiap penjuru. “Siapa yang melarikan diri, bunuhlah saja dengan senjata kalian”, perintah Khalid. “Allahu Akbar……, berhembuslah angin surga!” Khalid dan bala tentara Muslimin maju menyerbu pasukan Romawi.
Peperangan berlangsung dengan kecamuk luar biasa dan kemenangan berada di pihak kaum Muslimin. Diantara kisah kemenangan itu adalah ketika Khalid bin Walid mengerahkan satu kesatuan berjumlah 100 tentara untuk menyerbu sayap kiri pasukan Romawi yang jumlahnya 40 ribu orang. Sambil mengayunkan pedangnya, ia berseru, “Demi Allah, tidak ada lagi kekuatan pada orang-orang Romawi sebagaimana yang kalian lihat. Sungguh, Allah memberikan kesempatan pada kalian untuk menebas batang-batang leher mereka…!” Dan kemudian kesatuan tersebut menang.
******
Sobat , pelajaran kepemimpinan apa yang bisa kita petik dari kisah di atas?
Pertama, seorang pemimpin harus cerdas dan tepat dalam menganalisa situasi dan permasalahan. Sebagaimana panglima Khalid di atas, ia mampu membaca situasi dengan cermat. Ia menilai akar permasalahan sebenarnya bukan pada jumlah pasukan musuh yang jauh lebih besar tapi justru pada mental pasukan Muslimin yang diambang keraguan menghadapi musuh.
Mereka membutuhkan sosok pemimpin yang mampu berperan untuk meneguhkan mental mereka. Dan, Khalid bin Walid mampu memainkan peran tersebut. Jika seandainya situasi dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin akan semakin melemahkan semangat dan keberanian pasukannya. Oleh karena itu, ia segera memutuskan untuk menyerang lebih dulu.
Sobat, dalam organisasi apa pun, pasti akan ada saat-saat dimana muncul permasalahan yang kadarnya bisa mudah, susah, atau bahkan rumit dan memusingkan. Itu adalah bagian dari dinamika organisasi yang wajar. Jika ada suatu organisasi yang adem ayem saja, tidak pernah ada permasalahan yang mengemuka, itulah yang tidak wajar. Mengapa? Karena tanpa ada permasalahan yang muncul berarti organisasi tersebut akan stagnan. Mandek. Tidak dinamis. Menjemukan. Kalau sudah demikian, itulah tanda-tanda organisasi yang tidak sehat.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin ketika menghadapi masalah? Seperti Khalid bin Walid, analisa situasi permasalahan dengan baik. Lakukan proses identifikasi faktor-faktor yang terlibat dalam masalah tersebut. Lalu, buat skema masalah yang obyektif untuk bisa menemukan akar permasalahan yang sebenarnya. Dengan demikian, kita bisa memutuskan solusi apa yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pelajaran kedua, seorang pemimpin harus punya inisiatif untuk segera mengambil keputusan. Apa yang akan terjadi seandainya Khalid bin Walid tidak segera membuat memutuskan untuk menyerang lebih dulu? Sangat besar peluang terjadinya mental dan semangat pasukannya makin melemah. Bahkan bukan tidak mungking akan ada dua tiga prajuritnya yang mundur melarikan diri. Dan ini berarti masalah bertambah besar bagi pasukan Muslimin.
Pelajaran bagi kita adalah, begitu kita selesai menganalisa masalah kemudian berhasil melakukan identifikasi akar permasalahan, langkah selanjutnya adalah mengambil langkah-langkah yang jelas untuk menyelesaikan permasalahan. Dan, yang harus diingat, pada tahap ini kita harus segera mengambil keputusan.
Jangan biarkan masalah berlangsung lama berlarut-larut tanpa penyelesaian. Jika orientasi pemikiran terlalu lama berkutat pada selalu mencari-cari titik permasalahannya, tanpa pernah kita mengarahkan pada bagaimana kita menyelesaikan masalah tersebut, maka akan bisa dipastikan masalah menjadi makin besar atau bahkan bertambah muncul masalah yang baru. Jika demikian adanya, semakin pusinglah kita. Masalah satu belum selesai, muncul masalah berikutnya.
Ketiga, seorang pemimpin harus tegas. Kita membutuhkan satu modal berupa ketegasan dalam melaksanakan langkah-langkah penyelesaian masalah. Apa tujuan Khalid memerintahkan para Muslimah berjaga di belakang barisan pasukannya? Tidak lain untuk mencegah pasukannya melarikan diri. Seandainya ada yang berani melarikan diri, maka kematian yang sia-sia menjadi resikonya. Efeknya adalah, para prajurit tentu akan berpikir, sama-sama resiko mati, daripada mundur lalu mati sia-sia, lebih baik memilih maju berjihad, lalu syahid dan mendapatkan pahala.
Itulah efek ketegasan Khalid bin Walid terhadap pasukannya. Ketegasan model beginilah yang kita butuhkan. Ketegasan yang tidak tanggung-tanggung. Jika seorang pemimpin tegas, maka anak buahnya akan belajar komitmen dan konsisten terhadap apa yang menjadi perintah pimpinan atau keputusan organisasi. Namun jika pemimpin tidak tegas, maka yang terjadi adalah anak buah menjadi tidak loyal. Akan muncul anak buah yang membangkang terhadap perintah atau kebijakan pimpinan.
Referensi
  1. Sirah NabawiyahKhaldi
  2. Muh. Khalid. 1998. Karakteristik Perihidup Enampulah Sahabat Rasulullah SAW. Penerbit Diponegoro

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money