Musyawarah Komisariat Ke- XII KAMMI Teknik

Musyawarah Komisariat (Muskom) adalah suatu agenda pertanggung jawaban keberjalanan kepengurusan KAMMI Teknik selama satu periode, apakah sesuai pencapaian sesuai harapan atau malah masih banyak tambalan disana-sini, diagenda ini juga banyak sekali masukan buat KAMMI Teknik kedepan, masukan yang membangun pola gerakan KAMMI ditahun 2013, tentu kita tidak bisa menafikan moment besar ditahun 2013, Pemilihan Gubernur Jawa Tengah, dan berlanjut ke isu 2014, Pilpres 2014-1019. Sehingga pergerakan KAMMI kedepan sangat dibutuhkan sebagai garda perjuangan bagi pejuang langit dalam upaya mengamankan, juga mewujudkan mimpi-mimpi indah di Negeri Ibu Pertiwi.


Pola-pola gerakan komisariat yang progresif sangat penting untuk menunjang puzzle dakwah yang kita emban bersama. KAMMI sebagai organisasi pergerakan dituntut bukan hanya membawa perbaikan, tapi lebih dari itu, menelurkan perubahan yang mendasar kearah kemajuan kampus pangeran Diponegoro ini. Kita menyakini, bahwa Islam adalah Metode Perubahan, Islam menolak perubahan yang separo atau setengah-setenngah, islam tidak suka jika ia bergandengan tangan dengan kejahiliyahan, Islam sebuah gerakan yang mengajarkan perubahan, pembaharuan kearah yang lebih baik, sehingga KAMMI Teknik harus lebih dekat, lebih bersahabat, dan lebih membumi supaya menyatu, satu pikiran dengan himpunan mahasiswa disetiap jurusan.

KAMMI adalah organisasi pengkaderan, ingat pengkaderan, pada dekade ini KAMMI terlalu memikirkan bagaimana menghasilkan simpatisan, KAMMI melupakan bahwa unsur perjuangannya adalah mengkader para pejuang langit. Makna pengkaderan disini, bukanlah selesai begitu saja, melepaskan alumni DM1, bukan. Tapi membina, mengarahkan mereka, mengajarkan kepada generasi penerus perjuangan ini, sehingga semangat dakwah tidak akan pernah pudar. KAMMI bukan menghasilkan simpatisan, tapi KAMMI adalah wadah penghasil para pejuang.

Menilik agenda Muskom kali ini, kita juga tidak bisa menafikan momentum berharga, pemilihan ketua komisariat. Menjadi sebuah kewajiban bagi sebuah organisasi untuk meneruskan estafet kepemimpinan. Bahkan Rasulullah mewajibkan setiap pemimpin untuk tidak meninggalkan generasi penerusnya dengan kelemahan, di agenda muskom inilah, bagaimana kita menentukan pemimpin sejati, dekat dengan illahi, dan berakhlak islami sehingga kepemimpinan KAMMI Teknik bisa menjadi garda perjuangan terdepan dalam puzzle dakwah yang kita lalui bersama.

Di Muskom juga, kita akan melihat kreatifitas adik-adik kelas yang sudah kita bina, pengkaryaan mereka supaya mereka bisa memahami bagaimana pola perjuangan di KAMMI FT ini, KAMMI menjadi organisasi dimana mereka bisa belajar, berbagi ilmu, dan ajang aplikasi diri sehingga pasca kampus setiap kader punya jiwa idaman yang terpatri dalam diri.

Muskom adalah sebuah acara yang menentukan gerakan KAMMI Fakultas Teknik kedepan, agenda sakral yang menjadi titik balik kemajuan KAMMI tahun 2013.

Hasil-hasil Muktamar VII KAMMI

HASIL-HASIL
MUKTAMAR VII KAMMI
Banda Aceh, 13-18 Maret 2011

  • Agenda Persidangan
  • Tata Tertib
  • Anggaran Dasar
  • Anggaran Rumah Tangga
  • Garis-garis Besar Haluan Organisasi
  • Rekomendasi Eksternal dan Internal
  • Mekanisme Pemilihan Ketua Umum/Formatur PP KAMMI
  • Nama-nama Ahlul Halli wal ‘Aqdi
  • Laporan Akhir KPR
  • Visi-Misi Calon Ketua Umum PP KAMMI
  • Mekanisme Pemilihan Anggota MPP KAMMI
  • Usulan Nama Dewan Penasehat
  • Mekanisme Pengesahan Pengurus KAMMI
  • Pembakuan Atribut
  • LPJ PP KAMMI dan MPP KAMMI

DISUSUN DAN DISIAPKAN OLEH
TIM KONSTITUSI DAN SISTEM ORGANISASI [TKSO] PP KAMMI

JAKARTA
MARET 2011

Download Link: http://www.mediafire.com/?l6h33203c4f7hl0

Cerita YES: Tumbuhkan Kader Baru

Alhamdulillah, salah satu agenda Departemen Kaderisasi KAMMI Teknik Undip telah usai. YES. Youth Engineer Super training atau biasa disebut DM1 yang berlangsung selama tiga hari pada 14-16 November 2012 telah usai. Acara yang berlangsung ketika tahun baru Islam ini sedikit berbeda dari beberapa tahun sebelumnya. Lokasi. Ya, lokasinya kali ini agak jauh dari Semarang. Pondok Pesantren Edi Mancoro, Salatiga.

Lima puluh delapan peserta yang hadir mengembangkan senyum ketika berkumpul di Masjid Kampus saat pemberangkatan pukul 17.00. Mereka disebut peserta yang hebat, karena YES diadakan bertepatan dengan libur panjang dalam rangka memperingati tahun baru hijriyah dan cuti bersama.

Hujan turun ba’da maghrib, menambah kesejukan sore itu mengantarkan peserta dan panitia oleh dua bus. Satu bus untuk ikhwan, dan satu bus untuk akhwat. Bukan hanya peserta dan panitia yang ada di dalam bus tersebut, namun juga ada pembicara.

Perjalanan selama satu jam lebih beberapa menit ini menambah senyum para peserta di tengah-tengah kesejukan daerah Salatiga. Peserta langsung memasuki kamar untuk makan dan sholat. Dilanjutkan pembukaan acara dan materi 1 tentang Syahadatain dengan pembicara Bhagus Alfian untuk peserta ikhwan dan Wahyuni Lasniah untuk peserta akhwat. Sebagian peserta yang mengantuk berubah menjadi semangat karena pembawaan oleh MC dan pembicara. Antusiasme ini bisa dilihat dari banyaknya peserta yang mengangkat tangan ketika pembicara usai menyampaikan materi terkait. Acara selanjutnya yang paling ditunggu-tunggu. TIDUR. Wajah-wajah yang lelah itu begitu bersemangat kembali ke kamar masing-masing.


Peserta mendengarkan materi

Hari kedua, peserta bangun pukul 03.00 untuk qiyamul lail, sholat shubuh, dan ibadah yaumiyah lainnya. Mereka mengawali pagi dengan olahraga ringan dan games seru penambah semangat. Setelah sarapan pagi, peserta diserahkan kepada para trainer U-Win untuk outbond. Keseruan outbond menambah semangat baru peserta untuk menerima materi Syumuliatul Islam yang harusnya oleh Ustadz Ari Purbono diganti menjadi FGD (diskusi) bersama Ihsan Hidayat. Diskusi yang seru ini suaranya menggema hingga ke lantai bawah.

Materi berikutnya adalah Problematika Ummat bersama Ustadzah Hardiani Julansari yang tak kalah seru oleh diskusi sebelumnya. Malam datang bersama materi Pemuda dan Perubahan Sosial oleh Hasnul Ikhwan untuk ikhwan dan Endang Purwati untuk akhwat. Meski malam menjelang, semangat peserta tetap menyala ditambah lagi games seru yang dibawakan oleh pemateri. Setelah itu, malam ditutup dengan lelah -tapi tetap senyum- oleh peserta.


Keseriusan peserta mendengarkan materi

Pukul 02.00 WIB peserta dibangunkan untuk muhasabah. Akhwat di aula khusus akhwat dan ikhwan dibawa ke Makam Jagalan. Keduanya sama-sama diingatkan tentang kematian. Kematian yang tidak akan pernah kita tahu kapan datangnya. Mengingatkan berapa banyak dosa yang telah dibuat dan berapa amal yang telah dikerjakan. Haru penyesalan dan janji hati para peserta untuk lebih baik ini menambah makna tahun baru islam 1434 Hijriyah. Kegiatan selanjutnya sama seperti hari sebelumnya qiyamul lail dan ibadah yaumiyah lainnya untuk menyambut pagi. Bukan hanya itu, olahraga penambah kesegaran jasmani bertempat di lapangan utama bagi ikhwan, dan area persawahan bagi akhwat.

Setelah agenda bersih-bersih, peserta kembali disuguhi materi selanjutnya. Ke-KAMMI-an oleh Ketua Umum Pengurus Wilayah KAMMI Jawa Tengah, Arief Eka Atmaja. Bukan hanya materi, peserta juga disuguhi video-video agenda KAMMI Jateng yang menjawab tanya penasaran peserta tentang KAMMI. ‘KAMMI bukan hanya aksi turun ke jalan, tapi malah banyakan aksi sosial kemasyarakatannya.” demikian kata pembicara.

Materi Ke-KAMMI-an bersama Arief Eka Atmaja

Materi selanjutnya adalah Manajemen Aksi oleh M. Fatih Askarillah. Materi ini membuka mata peserta tentang aksi yang biasanya hanya dilihat dari layar televisi. Ba’da Shalat Jum’at, peserta langsung melaksanakan simulasi aksi yang mengambil isu UKT (uang kuliah tunggal). Simulasi aksi yang cukup lucu. Pasalnya peserta yang sama sekali belum tahu bagaimana prosedur aksi yang sebenarnya melontarkan kata-kata yang membuat peserta dan panitia lainnya tertawa . Simulasi ditutup dengan lemparan air dari lantai atas. Membuat peserta bernafas lega mengakhiri simulasi ini dan kembali ke barisan.

“Jujur saya belum tahu aksi itu gimana, ditambah lagi saya mahasiswa baru. Ya begitu deh, seru tadi tuh. Waktu ketemu ibu-ibu polisi dimintai surat izin, mana saya ngerti. Ditambah lagi tuntutan-tuntutan yang lain. Katanya barisan ikhwan gak boleh dekat-dekat barisan akhwat, kami tambah bingung, tapi seru.” begitu testimoni yang disampaikan oleh korlap aksi, M Haqqiyuddin Rabbani.

“Jujur saya kaget simulasi aksi itu begini. Tapi saya yakin aksi yang sebenarnya itu gak kayak gini ya. Kalau aksi sebenarnya kayak begini tadi mungkin gak ada yang mau aksi.” kata Deti Retnosari menyampaikan pendapatnya soal simulasi aksi yang telah lalu.

Peserta dikumpulkan kembali di aula utama dengan pemutaran film kegiatan yang dipersembahkan oleh panitia. Ditambah lagi pembacaan peserta terbaik ikhwan dan akhwat masing-masing adalah M Haqqiyuddin Rabbani dan Deti Retnosari. Acara ditutup dengan bacaan hamdalah dan salaman berkeliling peserta dan panitia. Tak lupa foto-foto narsis juga tentunya. J

Semua berharap, acara ini adalah modal awal untuk para penerus kader dakwah di wadah ini. Setiap generasi butuh pengganti dan penerus agar lebih baik. Hal ini jelas tertulis dalam Firman Allah yang berbunyi:

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (Quran Surah An-Nisa’ ayat 9)

Aku Muslim, dan Aku Prajurit Setia

“Aku prajurit Amerika, seorang warga negara, dan seorang patriot. Tapi dalam tatapan kecurigaan, aku minoritas sesat yang tidak memiliki hubungan inklusif dengan pemerintahan nasional Amerika. Aku hanya seorang muslim.” Demikian Yee menulis di bagian akhir kesaksiannya atas kebrutalan tentara Amerika atas dirinya dan tawanan muslim yang lain.

James Yee adalah seorang mualaf lulusan West Point, akademi militer paling bergengsi di AS. Mulanya, ia adalah pemeluk Kristen Lutheran. Ia memilih untuk memeluk Islam ketika ke Suriah. Setelah lulus dari West Point ia bertemu dengan seorang wanita bernama Huda yang kemudian menjadi istrinya. James Yee lulus dari West Point pada tahun 1990, mengabdi di Angkatan Darat AS selama empat belas tahun, termasuk tugas di Arab Saudi pasca-Perang Teluk I. Setelah memeluk Islam pada tahun 1991, ia belajar Islam dan bahasa Arab di Damaskus- Suriah selama empat tahun. Ia telah dua kali menunaikan ibadah haji ke Makkah.

Pada awal 2001, dia kembali ke dinas militer di tengah sentimen AS yang kuat terhadap Islam pasca tragedi WTC. Di penjara Guantanamo (Gitmo) dia ditugaskan sebagai ulama militer (chaplain) yang melayani seluruh tahanan yang semuanya muslim. Penjara Gitmo yang berada di Kuba adalah tempat meringkuknya tawanan yang dituduh berkomplot dengan Osama bin Laden dan mantan Pasukan Taliban.

Ketika tiba di Guantanamo, Yee menemukan banyak sekali kebrutalan yang dilakukan terhadap orang-orang Muslim yang menjadi tahanan di sana. Namun karena awalnya ia menganggap kebrutalan ini dilandasi oleh ketidaktahuan, Yee justru memandang kondisi ini sebagai tantangan baginya. Yee tidak hanya ingin memberikan pelayanan spiritual kepada para tahanan, namun ia juga ingin mendidik para personel militer AS tentang Islam.

Sayangnya, hal inilah yang menyeretnya ke dalam kubangan masalah. Karena memperlakukan para tahanan dengan hormat dan bermartabat, bicara yang baik-baik tentang Islam, serta memimpin kegiatan-kegiatan keagamaan, Yee malah dipandang sebagai teroris, dipandang sebagai musuh.

Karena James Yee seorang Muslim, ia dicurigai dan diperlakukan semena-mena olah para prajurit lain. Para prajurit itu mengabaikan perintah-perintahnya sebagai Kapten Angkatan Darat AS. Ini merupakan tindakan indisipliner, namun tak ada tindak lanjutnya. Ini membuktikan bahwa seorang Muslim tidak bisa menjadi tentara sungguhan di AS, apalagi menjadi perwira.

Sebagian besar kebrutalan yang dilakukan terhadap James Yee dan para tahanan lain di Guantanamo merupakan tanggung jawab Jenderal Geoffrey Miller, orang yang berkuasa di Guantanamo. Jenderal Miller sepertinya punya dendam dan kebencian pribadi terhadap Yee dan kaum Muslimin. Entah apa motifnya.

Keyakinan Kristen Miller sendiri yang radikal dipercaya ikut andil dalam segala tindak-tanduknya di Guantanamo. Namun, sayangnya, James Yee-lah yang menghadapi dakwaan kriminal, buka Miller. Yee-lah yang terpaksa mengundurkan diri, bukannya Miller. Padahal Miller-lah—beserta sejumlah perwira senior lainnya—yang seharusnya dipecat dengan tidak hormat dari dinas militer.

Kekerasan dan perilaku tidak manusiawi yang bertubi-tubi mengakibatkan beberapa tahanan harus pingsan dan mencoba bunuh diri. Pelecehan terhadap Islam dipertontonkan oleh para penjaga. Alquran dilempar, ditendang, diinjak dan dirobek. Lemparan batu juga dilakukan pada tahanan yang sedang shalat berjamaah. Di Kamp X-ray dan Delta tahanan dipaksa berlutut berjam-jam di bawah panggangan matahari, sementara kaki dan tangan diborgol. Jika meratap minta minum, maka para penjaga memberinya tendangan. Tidak hanya itu, tahanan juga disuruh mandi air kencing dan kotorannya.

Amerika rupanya enggan menerapkan Konvensi Jenewa kepada tahanan muslim di kamp militer Guantanamo.

Penganiayaan dan pelecehan seksual terhadap tahanan muslim di Penjara Guantanamo bukanlah isapan jempol. Ratusan orang yang terkurung di kamp militer Amerika Serikat itu mendapat perlakuan sangat tidak manusiawi.

James Yee membeberkan kekejaman tentara Amerika di Penjara Guantanamo berdasarkan kesaksiannya saat bertugas di sana. Pelecehan dan pembunuhan karakter dialaminya. Hanya karena Yee beragama Islam dan berusaha berbuat lebih beradab. Juga karena ia seorang imam muslim—dai (pendakwah)– di lingkungan militer Amerika yang berupaya meluruskan kekeliruan pemahaman tentang Islam kepada temannya sesama prajurit. Kisah tragis yang dialami Yee, tentara Amerika keturunan Cina berpangkat kapten ini, berawal dari masa dinasnya di Guantanamo.

Dalam kurun 10 bulan bertugas di Kamp Delta—sebutan untuk delapan blok penjara itu—ia menjadi saksi kekejaman yang dialami para tahanan. “Bahkan mereka tidak mendapatkan perlindungan seperti yang tercantum dalam Konvensi Jenewa,” papar Yee memberi kesaksian.

Pemerintahan Presiden George W. Bush dan kalangan militer enggan menerapkan konvensi itu kepada tahanan muslim yang disebutnya sebagai teroris. Para “pejuang” muslim, musuh Amerika dari berbagai negara, tidak memperoleh haknya sebagai tahanan perang.

Dapat dipastikan, penganiayaan terhadap tahanan dan pelecehan kitab suci Al-Qur’an kerap terjadi saat tahanan menjalani pemeriksaan. Polisi militer di penjara sering menggunakan lembaran Alquran untuk membersihkan lantai. Aku sering menemukan sobekan lembar Alquran di lantai. Hampir setiap hari terjadi pertikaian keras antara penjaga dan tahanan yang berujung penyiksaan. Terkadang prajurit Amerika yang bukan muslim sengaja membuat keributan selagi tahanan tengah beribadah.

Tak jarang pula tahanan dipaksa meninggalkan shalat untuk menjalani pemeriksaan. “Lambat laun aku sadar bahwa usahaku untuk memberikan pengajaran tentang toleransi membuat kecurigaan mereka semakin dalam,” tulis Yee. Dan siapa pun yang bertugas di kamp itu harus tetap menjaga kerahasiaan tentang apa pun yang dilihat dan dialami.

Diam-diam, gerak-gerik prajurit yang bertugas pun selalu diawasi oleh agen rahasia pemerintah, baik dari FBI maupun badan intelijen militer. Yee yang sejak masuk Islam menambahkan Yusuf dalam namanya, tak luput dari pengawasan. Hingga akhirnya, Yee diciduk pada 10 September 2003 di Bandara Jacksonville, Florida.

Selama 10 hari dia dikurung di sel dan diperlakukan seperti tahanan. Diperiksa dengan telanjang, tidak diberi makan, diborgol tangan dan kaki, pengaburan panca indera, serta perlakuan lainnya tanpa mempertimbangkan bahwa dia adalah seorang perwira angkatan darat.

”Mereka tidak peduli pangkatku kapten, lulusan West Point, akademi militer paling bergengsi di Amerika Serikat. Mereka tidak peduli agamaku melarang telanjang di hadapan orang. Mereka tidak peduli belum ada dakwaan resmi terhadapku. Mereka tidak peduli istri dan anak-anakku tidak mengetahui keberadaanku. Mereka pun jelas tidak peduli kalau aku adalah warga Amerika yang setia dan, di atas segalanya, tidak bersalah”.

Sejak saat itu, beragam tuduhan dilontarkan untuk menjeratnya. Pengkhianatan, persekongkolan dengan teroris, hingga isu perselingkuhan ditebar. Sejumlah koran Amerika sendiri sempat terjebak pada kekeliruan informasi yang disebar intel.

Mereka menyebut Yusuf Yee sebagai antek Taliban. Isu perselingkuhan yang sengaja ditebar ke koran nyaris menghancurkan rumah tangganya. Teror dan fitnah juga dilancarkan agar istrinya juga turut membencinya.

Istrinya menggenggam pistol di tangan yang satu dan dua butir peluru di tangan lainnya. “Ajari aku cara menggunakannya,” bisik wanita itu melalui telepon dari apartemen mereka di Olympia, Washington. Dari semua hal yang pernah dilalui James Yee—penahanan, tuduhan spionase, 76 hari di dikurung di sel isolasi—ini adalah yang terburuk.

Rasa takut membadai di dadanya saat bicara di telepon dengan istrinya. Sebagai seorang ulama militer, Yee telah dilatih untuk mendeteksi dan mencegah tindakan bunuh diri. Yee tahu bahwa kondisi Huda telah kritis. Istrinya itu telah menemukan pistol Smith & Wesson miliknya yang disimpan di tempat tersembunyi di dalam lemari. Huda sudah merencanakan ini. Yee merasa tak berdaya…

Yang lebih mencengangkan, ada anak di bawah umur dijebloskan ke penjara ini dengan tuduhan sebagai anggota jaringan teroris. Seorang di antaranya adalah Omar Khadir, bocah muslim asal Kanada yang baru berusia 15 tahun.

Kesaksian James Yee ini kian menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi di penjara-penjara khusus Amerika. Yee menyebutkan, perang melawan terorisme yang dicanangkan Presiden Bush melahirkan kegilaan di kalangan militer Amerika. Yee menjadi korban kegilaan itu.

Pengalaman kelam selama lebih dari satu tahun dalam tahanan militer memberinya pelajaran berharga. Kondisi militer Amerika jauh dari gambaran ideal Yee. Perbedaan dan kehormatan serta kemerdekaan menjalankan agama tidak dijamin.

Agama dan keyakinan ternyata masih menjadi masalah utama di dunia militer negeri yang mengaku demokratis itu. “Mereka tidak mempertimbangkan bahwa aku adalah seorang prajurit yang setia,” tulis James Yee.

Kesaksian Yee ini layaknya film drama produksi Hollywood. Seorang perwira militer Amerika Serikat dijebloskan ke penjara berdasarkan sangkaan spionase, melakukan pemberontakan, menghasut, membantu musuh, dan menjadi pengkhianat militer dan negara.

Tapi semuanya tidak terbukti dan akhirnya perwira itu dibebaskan dari semua dakwaan. Kapten James Yee, perwira itu, mendapatkan perlakuan tak beradab dari militer AS karena dia beragama Islam dan reaksi paranoid AS terhadap Islam yang sama sekali tak beralasan.

Tapi publik AS tahu bahwa itu bohong. Sementara kredibilitas militer AS runtuh akibat kecerobohannya dalam kasus ini. Bahkan New York Times edisi 24 Maret 2006 menurunkan tajuk rencana berjudul “Ketidakadilan Militer”.

Meskipun sama sekali bersih dari tuntutan, namun keinginannya untuk tetap mengabdi pada Tuhan dan negara pupus. Yee “terpaksa” mundur dari militer pada 7 Januari 2005. Sayangnya, karier militer dan reputasinya telah lebih dulu hancur. Bahkan hingga kini statusnya masih ‘dalam pengawasan’.

AS benar-benar paranoid. Siapa pun yang dianggap musuh, apa pun dilakukan. Tidak peduli itu bertentangan dengan hak asasi manusia, keadilan konvensi internasional, atau hal lainnya yang selalu digemborkannya sendiri.

Kasus Yee dan Penjara Guantanamo makin merontokkan citra AS di mata publik dunia. Kini penutupan penjara Gitmo sedang dipertimbangkan karena tekanan dunia internasional melalui PBB, termasuk sekutu dekatnya, Inggris dan Italia. Sekitar 500 tahanan dari 35 negara kini masih meringkuk dalam penjara itu.

Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari kasus Yee adalah peran media massa. Saat proses penahanan, lengkap sudah penderitaan Yee. Bukan saja dipenjarakan tanpa bukti, namun dia juga telah dihakimi oleh media massa (trial by the press) sebelum pengadilan digelar. Pers AS seperti Washington Post, New York Times, Guardian, Dll. yang mendengungkan hak asasi, justru bersifat tendensius dan tidak cover both sie. Informasi yang disajikan adalah versi militer AS.

Namun keteledoran pers tersebut ditebus dengan kritik pedas terhadap pemerintah setelah tuduhan terhadap Yee tidak terbukti. Artikel, tajuk rencana, dan berita-berita yang disuguhkan semuanya berupa pembelaan, bahkan sebagian media massa minta maaf pada Yee.

Patriotisme Yee musnah di mata pemerintah AS hanya karena dia sebagai Muslim taat menjalankan tugasnya sesuai ajaran agama dan perintah negara. Tapi dunia tahu bahwa dia adalah seorang patriot sejati yang hidupnya diabdikan kepada Tuhan dan negaranya.

Inilah kisah yang mengungkap sisi gelap perang terhadap terorisme yang berlebihan dan tanpa aturan, yang menebar bahaya di mana-mana dan mengakibatkan seorang patriot Amerika sejati diperlakukan layaknya musuh. Bukannya mendapat penghargaan atas jasa-jasanya, Yee malah dihukum. Reputasi Amerika sebagai negara hukum yang adil ikut tercoreng bersamanya. Kita seakan muak dengan kebijakan-kebijakan AS di bawah Bush dengan segala tindak-tanduk primitifnya yang mengacak-acak peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan.

Apakah ‘perang melawan terorisme’ yang digagas Amerika Serikat (AS) benar-benar perang yang ditujukan untuk melawan ekstremisme demi tegaknya demokrasi? Ataukah label itu hanya bungkus bagi perang melawan Islam? Para pejabat AS di lingkaran Bush bersikeras bahwa agenda mereka bersifat politis, bukan religius. Namun faktanya, retorika dan tindak-tanduk AS di lapangan mengubah perang melawan terorisme menjadi perang melawan Islam.


Oleh: Aidil Heryana, S.Sosi
21/2/2007 | 2/Safar/1428 H | Hits: 1,850


Semnas Kepenulisan


untuk info lengkapnya, klik semnaskepenulisan.blogspot.com :)

Mengapa Aku Mencintai KAMMI

Judul Buku:
Mengapa Aku Mencintai KAMMI

Penulis:
Imran Rosyadi, Evie Fitria, Aji Kurnia Dermawan (Izzatul Ikhwan)

Penyusun:
Eko Susanto

Penerbit:
Penerbit Muda Cendikia, Bandung

Cetakan:
Maret 2010

Sinopsis:

Bergabung di KAMMI bukanlah pilihan rasional, lebih kental sisi emosional. Ada banyak cita-cita tinggi yang hendak diwujudkan dan dipersembahkan kepada KAMMI. Maka cinta dan cita-cita tinggi itulah yang membangun semangat ‘bergerak’.

Cintalah yang membuat akh Imron menulis serial “Mengapa Aku Mencintai KAMMI”, yang kemudian dijadikan sebagai judul buku ini. Cintalah yang membatalkan rencana akh Yuli terbang ke London. Dan masih banyak ‘kisah cinta’ lainnya. Saya percaya, banyak yang mencintai KAMMI di KAMMI.

Tak perlu kader KAMMI diajarkan tentang cinta. Tapi rasanya pantas cinta kepada KAMMI digelorakan. Cinta bukan sebuah ajaran ataupun ilmu yang bisa dibuat konsepnya oleh kaderisasi. Cinta terhadap KAMMI merupakan ungkapan perasaan. Perlu teladan dari senior.

Dan pengorbanan bukanlah ‘ritual’ kewajiban sebagai anggota organisasi. Pengorbanan di KAMMI haruslah menjadi ‘ritual’ cinta. Layaknya cinta seorang gadis yang melepas kekasihnya pergi mencari ilmu di negeri jiran. Cinta yang ‘hidup’ dan menghidupi sebuah gerakan untuk berkorban tanpa penyesalan dan keterpaksaan. Bukan kata-kata cinta yang lahir dari kewajiban ataupun sekedar ‘amanah’.


Ini Peperangan Kawan, bukan Hanya Serangan Satu Arah


Resume Madrasah KAMMI 1 (MK1)
Materi : Al-Ghazwul Al-Fikr (Perang Pemikiran)


 Assalamu’alaikum W. W.
Ba’da tahmid wa shalawat

            “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya." (QS. Ash Shaff : 8)

            Al-Ghazwul Al-Fikr, hampir dipastikan tidak ada aktivis da’wah yang tidak mengerti maknanya. Atau bahkan barangkali sudah ada yang mendapatkan materinya lebih dari 10 kali? Wow. Akan tetapi yang perlu kita pahami bahwa materi ini merupakan materi yang dinamis, akan selalu update sesuai perkembangan zaman dan waktu. Berarti materi ini harus kita kaji terus, kalau tidak kita akan kerepotan/keteteran dalam peperangan ini. Ghazwun secara bahasa artinya serangan, serbuan, dan invasi sedangkan Fikr adalah pemikiran, jadi secara harfiah  Al-Ghazwul Al-Fikr dapat diartikan sebagai Perang Pemikiran.

            “Salah satu faktor kemunduran ummat islam adalah banyak dari mereka yang belum mempunyai Sense of War, tidak menyadari di sekitar bahkan di tengah mereka terdapat peperangan, terdapat konspirasi”. Lebih kurang seperti itu pernyataan Ust. Anis Matta dalam ceramahnya yang pernah saya dengar. Mungkin barangkali karena sifatnya tidak kasat mata, serangannya tidak terlihat dan bahkan seringkali tidak terasa. Karena ia tidak menyakiti tubuh, karena tidak ada desingan peluru, akan tetapi kerusakannya lebih dahsyat dari perang konvensional, karena ia justru merusak cara berpikir kita dan memanjakan hawa nafsu kita. Lalu kemudian rusaklah akhlak kita, hancurlah fikrah kita, berpindahlah loyalitas/wala’ kita kepada orang kafir, tumbanglah ‘aqidah kita, dan sampai – sampai ada yang murtad karena peperangan ini. Oleh karena itu tumbuhkan Sense of War itu dalam diri kita, tularkan kepada orang – orang yang kita cintai di sekitar kita.

            Ketika musuh-musuh Islam menyadari bahwa mereka kalah telak kalau melawan ummat Islam dengan perang fisik maka mereka melancarkan perang pemikiran ini. Mereka tidak pernah ridha dan tidak pernah berhenti menyerang ummat Islam hingga kita mengikuti millah mereka. “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.“ (QS. Al Baqarah : 120)

            Saat ini ummat Islam dikepung dari segala penjuru arah dari mulai golongan/organisasi yang merusak dari luar (Zionis, Freemasonry, Illuminati, dll) sampai dari dalam (Jaringan Islam Liberal, syi’ah, ahmadiyah, aliran-aliran sesat, dll). Saya akan lebih fokus membahas sedikit tentang JIL (sebut saja Jaringan Iblis Laknatullah), saat ini sudah banyak tokoh-tokohnya, yang secara sengaja dimunculkan di publik, sebutlah Ulil Absar Abdalla (Politisi, aktifis NU), Luthfi Assyaukanie, Azyumardi Azra, Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta), Said Agil Siraj (PBNU), Siti Musdah Mulia (Guru Besar UIN Jakarta – mungkin para Akhwat gregetan denger nama ini), Zuhairi Misrawi (pengamat yang biasa muncul di TV), dan masih banyak lagi yang perlu kita waspadai tulisan-tulisannya. Kalau mau lebih tahu tentang kesesatan JIL saya sarankan baca buku “Islam Liberal 101” atau “50 Tokoh Islam Liberal Indonesia : Pengusung Ide Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme”.

            Salah satu kenyelenehan mereka adalah mereka menganggap bahwa semua permasalahan bisa dilakukan dengan jalan Ijtihad. Bahkan dalam hal ibadah pun bisa melalui jalan Ijtihad, tidak perlu mengikuti Al Qur’an dan Hadits, suka menafsirkan ayat secara sembrono. Tokoh – tokoh mereka bukan orang dengan pendidikan rendah, mereka banyak yang bergelar Doktor, kuliah di luar negeri dan tinggi-tinggi malah membuat mereka seperti itu. Na’udzubillah. Ghazwul Fikr ini dilancarkan oleh mereka untuk mengaburkan nilai – nilai kebenaran, baik dengan menebarkan keragu – raguan maupun dengan menebarkan kesesatan, dan pada akhirnya tujuan akhir adalah melenyapkan Islam sampai ke akar – akarnya.

Metode mereka dalam Ghazwul Fikr

  1. Tasykik
            Yakni gerakan yang berupaya menciptakan keraguan dan pendangkalan akidah kaum Muslimin terhadap agamanya. Misalnya, dengan terus-menerus menyerang (melecehkan) Al-Qur'an dan Hadits, melecehkan Nabi Muhammad SAW atau mengampanyekan bahwa hukum Islam tidak sesuai dengan tuntutan zaman.

  1. Tasywih
            Yakni gerakan yang berupaya menghilangkan kebanggaaan kaum Muslimin terhadap agamanya. Caranya, memberikan gambaran Islam secara buruk sehingga timbul rasa rendah diri di kalangan ummat Islam. Di sini, mereka melakukan pencitraan negatif tentang agama dan ummat Islam lewat media massa dan lain-lain, sehingga Islam terkesan menyeramkan, kejam, sadis, radikal dan lain sebagainya.

  1. Tadzwib
            Yakni pelarutan budaya dan pemikiran. Di sini, kaum kuffar dan munafiqin melakukan pencampuradukkan antara hak dan batil, antara ajaran Islam dan non-Islam. Sehingga ummat Islam yang awam kebingungan mendapatkan pedoman hidupnya.

  1. Taghrib
            Yakni “pembaratan” dunia Islam, mendorong ummat Islam agar menerima pemikiran dan budaya Barat, seperti sekularisme, pluralisme, nasionalisme dan lain sebagainya.

Tujuan mereka melancarkan Ghazwul Fikr

            “Tujuan kami bukan untuk mengkristenkan ummat Islam, ini tidak akan sanggup kita melaksanakannya. Tetapi target kita adalah menjauhkan kaum muslimin dari agamanya (Islam). Ini yang harus kita capai, walaupun mereka tidak bergabung dengan kita..” (Misionaris Amerika, Samuel Marinus Zwemer)

  1. Ifsaad al-Akhlaq (merusak Akhlak)
            Ghazwul Fikr berusaha merusak sendi – sendi Islam dan tidak memberi kesempatan untuk memulai kehidupan secara Islami. Dengan kata lain ummat Islam tidak boleh membangun masyarakat berdasarkan nilai – nilai Islam. Media yang mereka gunakan beragam dari Internet, Film, Sinetron, Iklan, Fashion, Life Style, dll. Serangan ini lambat laun akan merusak akhlak, mengacaukan ideologi bahkan sampai murtad. Setelah itu ummat Islam akan melepaskan ketauhidan kepada Allah dan berwala’ (loyal) kepada kaum kafir.

  1. Tahthiim al-Fikrah (menghancurkan Fikrah)
            Mereka takut ketika kita menjadikan Islam sebagai Dien (dalam arti sebenarnya, bukan hanya agama), sebagai sistem hidup kita. Oleh karena itu disebarkanlah teori – teori sekularisme, pluralisme, paham – paham atheis, dan pemikiran lain yang bertentangan dengan Islam. Mengaburkan nilai – nilai kebenaran, menebarkan keragu – raguan dalam ber-Islam maupun dengan menebarkan kesesatan. Tujuan mereka supaya ummat Islam meragukan kebenaran agama Islam itu sendiri. Padahal Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT, Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam..” (QS. Ali Imran : 19)

  1. Idzabah asy-Syakhshiyah (melarutkan kepribadian)
            Akibat dari Al-Ghazwul Al-Fikr kemudian lahirlah generasi Muslim yang tidak berkepribadian. Mereka tidak percaya diri untuk menampakkan identitas keislaman. Nama - nama, mode pakaian, bahasa, gaya hidup, pola piker, semuanya mereka ganti dengan kebudayaan impor dari barat. Sebagian tokoh mereka mengatakan bahwa apabila ingin maju kita harus menjiplak barat seutuhnya. Inilah krisis yang paling berbahaya, krisis identitas atau kepribadian.

  1. Ar Riddah (pemurtadan atau menumbangkan aqidah)
            “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran : 149). Ketika pikiran ummat Islam sudah tercemari, gaya hidup sudah terwarnai, tidak ada lagi Identitas Islam yang tersisa, maka tumbanglah aqidah ummat Islam.

Sikap kita?

            Saya mengamati belum banyak atau hanya sebagian saja Kader Da’wah yang memahami bahwa ini adalah peperangan, yang artinya kita juga harus menyerang. Kita tidak hanya bertahan saja dari serbuan musuh – musuh Islam, tapi kita juga harus merancang strategi bagaimana membalas serangan musuh – musuh kita. Seperti yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib ra. : "al haqqu billa nizham yughlibul bathila bi nizham - Kebenaran yang tak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir”.

            Ketika mereka membuat Film yang merusak akhlak, maka kita harus memperbanyak Film-Film Islami yang tujuannya memperindah akhlak ummat Islam. Ketika mereka meluncurkan tulisan – tulisan yang membuat ummat resah, kita sibuk memperbanyak tulisan – tulisan yang menyemangati dan membentengi ummat dari kerusakan aqidah maupun moral. Ketika cafe – cafe ramai didatangi, kita sibuk mengajak teman – teman maupun saudara – saudari kita untuk meramaikan majelis – majelis ‘ilmu yang bermanfaat. Ketika mereka mempunyai media yang membabi buta memojokkan Islam, kita sedang menabung atau mungkin sedang berusaha untuk membuat media yang independent untuk kepentingan ummat. Ketika mereka bangga dengan hafalan lagu – lagu barat, kita sedang berikhtiar menghafal 30 Juz Qur’an beserta mempelajari tafsirnya. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Referensi yang bisa dibaca :

-          Materi Tarbiyah Islamiyah
-          Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah karya Jasiman, Lc
-          Kolom Ghazwul Fikr di majalah Al - Intima’
-          Islam Liberal 101 karya Akmal Sjafril
-          50 Tokoh Islam Liberal Indonesia: Pengusung Ide Sekularisme, Pluralisme, Dan Liberalisme Agama karya Budi Handrianto
-          Pengantar Memahami Ghazwul Fikri karya Abu Ridha


Wassalamu’alaikum W. W.

Bimandhika M. Putro
Kaderisasi PK KAMMI Teknik UNDIP 2012

Inilah yang Membuat Kita Khas dan Istimewa


Resume Madrasah KAMMI 1 (MK1)
Materi : Ke-KAMMI-an (Filosofi Gerakan KAMMI)


Kali ini kita akan menyelami sebuah gerakan mahasiswa yang fenomenal saat ini, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Kenapa dikatakan fenomenal? 14 tahun yang lalu, belum genap satu bulan setelah dideklarasikan, KAMMI melakukan gebrakan aksi perdananya yang mengejutkan, berta-juk “Rapat Umum Mahasiswa dan Rakyat Indonesia” di lapangan Masjid Al-Azhar, Jakarta, pada tanggal 10 April 1998, dihadiri oleh lebih dari 20 ribu orang dari berbagai kalangan, serta berjalan dengan tertib dan aman. Menyusul aksi perdananya di Jakarta, KAMMI terus menggulirkan aksi-aksi demonstrasinya di berbagai kampus dan kota yang menjadi jaringannya. Terjadi akselerasi bobot aksi yang luar biasa, baik secara kualitas maupun kuantitas, dihitung dari masa kelahirannya dan dibandingkan dengan kelompok-kelompok aksi mahasiswa lainnya. Dan saat ini bisa dikatakan KAMMI adalah gerakan mahasiswa yang paling “laku” diantara gerakan lainnya.

KAMMI muncul sebagai salah satu kekuatan alternatif Mahasiswa yang berbasis mahasiswa Muslim dengan mengambil momentum pada pelaksanaan Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Acara ini dihadiri oleh 59 LDK yang berafiliasi dari 63 kampus (PTN-PTS) diseluruh Indonesia . Jumlah peserta keseluruhan kurang lebih 200 orang yang notabenenya para aktifis dakwah kampus. KAMMI lahir pada ahad tanggal 29 Maret 1998 PK.13.00 wib atau bertepatan dengan tanggal 1 Dzulhijah 1418 H dengan Fahri Hamzah (UI) dan Haryo Setyoko (UGM) sebagai Ketua dan Sekretaris Umum KAMMI pusat pertama. Dan saat ini Muhammad Ilyas, Lc (LIPIA) dan , ST (UIN Sunan Gunung Jati Bandung) sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jendral KAMMI 2011-2013.


FILOSOFI GERAKAN KAMMI

Berdasarkan Risalah Manhaj Kaderisasi 1427 H KAMMI, landasan filosofi gerakan KAMMI mencakup visi, misi, prinsip gerakan, karakter organisasi, paradigma gerakan, unsur-unsur perjuangan dan kredo gerakan KAMMI.


Visi KAMMI

Wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami.

Dalam makna global, visi merupakan esensi dari sebuah ide besar yang terlintas dalam benak seseorang atau sebuah organisasi yang pada intinya menyangkut masa depan kemana seorang atau organisasi hendak diarahkan hingga menghasilkan suatu karya yang konsisten dan dinamis. Seperti mimpi, sebuah visi terkesan hanya sebuah angan-angan. Yang membedakan hanyalah tataran misi dan strategi yang jelas dan terencana. Sehingga visi tersebut terealisasikan dengan aksi-aksi yang jelas, dan terukur.

KAMMI meyakini bahwa Islam adalah rahmat bagi bangsa Indonesia dan bagi seluruh alam, karena Islam adalah agama Allah yang sempurna dan paripurna, yang telah meliputi seluruh aspek kehidupan. Sehingga KAMMI dengan potensi keimanan, keislaman, intelektual, dan kecendikiawanan sebagai anugerah Allah SWT meletakkan dirinya sebagai kawah candradimuka untuk menciptakan pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara yang Islami di Indonesia sehingga terbentuk bangsa dan negara Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur dalam lindungan ampunan Allah SWT. (Anggaran Dasar KAMMI)

Dan sekarang tugas kita bagaimana Islam itu “memanusia” lalu “memasyarakat” dan “menegara”. (Dari Gerakan ke Negara – Anis Matta, Lc)


Misi KAMMI

  1. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia.
  2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik mahasiswa.
  3. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan bangsa dan negara.
  4. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera.
  5. Mengembangkan kerjasama antar elemen bangsa dan negara dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma`ruf nahi munkar).


Dari misi KAMMI tersebut, tergambarkan secara global bahwa ada keterikatan yang searah dengan visi yang dicita-citakan oleh KAMMI. Hal ini dapat dilihat dari kelima misi tersebut yang menyeluruh dalam pencapaian visi tersebut. Pembinaan keimanan, keislaman, dan ketaqwaan mahasiswa muslim menjadi langkah riil pertama yang dilakukan KAMMI sebelum melakukan aksi perjuangan dan pergerakan KAMMI itu sendiri. Sebab inilah modal utama seorang muslim dalam setiap aktifitasnya. Keimanan, keislaman, dan ketaqwaan menjadikannya selalu berada dalam bingkai ketundukan pada Allah swt semata.

Selanjutnya, potensi dakwah, daya intelektual, sosial, dan politik mahasiswa merupakan modal selanjutnya yang harus digali, dikembangkan, dan dimantapkan, sehingga dapat memacu pergerakan dan perjuangan KAMMI untuk terus menggelorakan semangat reformasi dan perbaikan dalam segala bidang. Dengan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik menjadikan kader KAMMI mampu untuk memberikan solusi dan melakukan perubahan yang signifikan bagi bangsa ini. Di lain sisi, masyarakat madani, rabbani, adil, dan sejahtera yang merupakan cita-cita pergerakan KAMMI dilakukan dengan pencerahan dan peningkatan kualitas masyarakat Indonesia. Begitu pula dengan penyelesaian permasalahan bangsa, dilakukan dengan langkah strategis dalam mengoptimalkan peran mahasiswa Indonesia, yaitu dengan mempelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerja sama antar mahasiswa, dan elemen lain yang memiliki kesamaan tujuan untuk perbaikan bangsa. Khusus untuk pengembangan kerja sama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma`ruf nahi munkar), mengantarkan KAMMI mencapai cita-cita mulia, yaitu masyarakat madani, rabbani, adil dan sejahtera.


Prinsip Gerakan KAMMI

KAMMI bangga dengan nikmat yang telah Allah karuniakan. Nikmat yang tiada duanya, tiada bandingnya dan tiada yang serupa dengan kenikmatan itu. Itulah nikmat Islam dan iman. Dengan nikmat ini umat Islam harus bangga, karena ia lebih mulia dan dimuliakan. Umat Islam harus tampil berwibawa di hadapan musuh-musuh yang sudah sejak lama mereka menghinakan dan merendahkan Islam.

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang yang beriman” (QS. Ali Imran : 139)

Maka dengan ini KAMMI meyakini semboyan yang menjadi prinsip gerakan KAMMI bahwa :

Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI
olusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI
Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI


Karakter Organisasi

KAMMI adalah organisasi kader (harokatut tajnid) dan organisasi pergerakan (harokatul ‘amal).

KAMMI memandang pengkaderan menjadi setengah pekerjaannya. Kaderisasi merupakan sebuah upaya yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis (sesuai Manhaj Kaderisasi KAMMI), maka kaderisasi di dalam organisasi KAMMI bukanlah sebagai sebuah kewajiban melainkan sebagai sebuah kebutuhan. Karena kaderisasi merupakan sebuah kebutuhan, maka tanggungjawab untuk menghasilkan kader-kader KAMMI (Muslim Negarawan) bukanlah menjadi tugas dan tanggung jawab departemen kaderisasi semata, melainkan menjadi tugas bersama dari seluruh elemen organisasi dari tingkat komisariat hingga pusat

Lalu tidak hanya mengkader saja tapi KAMMI harus beramal nyata. Masih terngiang-ngiang kata-kata yang dilontarkan Akh Rijalul Imam (Mantan Ketua Umum KAMMI Pusat) ketika mengisi Stadium General (SG) Training Pengkader Daerah (TPD) yang diadakan oleh PD KAMMI Semarang kalau tidak salah Tahun 2010, kata beliau KAMMI itu ada 5 Komitmen. Pertama Komitmen Kesatuan, ukhuwah. Kedua Komitmen Aksi, ‘amal nyata. Bagi yang berfikir Aksi yang dipandang KAMMI hanya turun ke jalan (Demonstrasi) maka itu adalah pemikiran yang sempit. Aksi dalam arti luas itulah yang diinginkan KAMMI. KAMMI mempunyai departemen sosial kemasyarakatan (pengembangan masyarakat) yang menjadi ujung tombak aksi sosial KAMMI. Ketiga Komitmen Mahasiswa, Intelektual. Keempat Komitmen Muslim, Ideologi. Dan yang kelima Komitmen Indonesia, Kebangsaan.


Paradigma Gerakan KAMMI

Paradigma adalah cara pandang seseorang atau organisasi mengenai suatu hal. Paradigma inilah yang mengantarkan pemikiran seseorang terhadap sesuatu dari sisi yang berbeda. Dan dari paradigma inilah yang akan membingkai pemahaman seseorang akan sesuatu hal. Keterkaitannya dengan visi-misi dalam sebuah organisasi, memungkinkan pergerakan organisasi tersebut dalam bingkai yang telah direncanakan dan ditentukan. Hal inilah yang akan menuntun dalam pencapaian visi melalui garis besar kerja sebuah misi. Paradigma Gerakan KAMMI:

1.    KAMMI adalah Gerakan Da’wah Tauhid

a.    Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya: Allah swt.
b.    Gerakan Da’wah Tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (Ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil ‘alamin).
c.    Gerakan Da’wah Tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruh nahi munkar)


2.    KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik

a.    Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal
b.    Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal
c.    Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.


3.    KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen
a.    Gerakan Sosial Independen adalah gerakan kritis yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid.
b.    Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan.
c.    Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan pembebasan yang tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi.


4.    KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer
a.    Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter.
b.    Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan sosial kultural dan struktural  yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial/rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal


Unsur-unsur Perjuangan

Agar da’wah dapat tumbuh berkelanjutan secara seimbang, tetap berada pada orientasi yang benar, mampu mengelola amanah dan masalah, dan terus memiliki kekuatan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya maka KAMMI menyusun dirinya atas unsur-unsur sebagai berikut :

  1. Bina’ al-qo’idah al-ijtima’iyah (membangun basis sosial), yaitu membangun lapisan masyarakat yang simpati dan mendukung perjuangan KAMMI yang meliputi masyarakat umum, mahasiswa, organisasi dan lembaga swadaya masyarakat, pers, tokoh, dan lain sebagainya.
  2. Bina’ al-qo’idah al-harokiyah (membangun basis operasional), yaitu  mambangun lapisan kader KAMMI yang bergerak di tengah-tengah masyarakat untuk merealisasikan dan mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah digariskan KAMMI.
  3. Bina’ al-qo’idah al-fikriyah (membangun basis konsep), yaitu membangun kader pemimpin yang mampu menjadi teladan masyarakat, memiliki kualifikasi keilmuan yang tinggi sesuai bidangnya, yang menjadi guru bagi gerakan, mengislamisasikan ilmu pengetahuan pada bidangnya, dan memelopori penerapan solusi Islam terhadap berbagai segi kehidupan manusia.
  4. Bina’ al-qo’idah al-siyasiyah (membangun basis kebijakan), yaitu membangun kader ideolog, pemimpin gerakan yang menentukan arah gerak dakwah KAMMI, berdasarkan situasi dan kondisi yang berkembang


Kredo Gerakan

Saya pikir antum wa antunna sudah pasti sering mendengar Kredo Gerakan KAMMI di setiap syuro maupun kegiatan – kegiatan yang diadakan oleh KAMMI. Tidak hanya didengar tetapi kita juga harus merenungi setiap paragrafnya, berusaha untuk menjadi apa yang tertera di kredo gerakan.


KESIMPULAN

Berdasarkan landasan filosofi gerakan KAMMI yang mencakup visi, misi, prinsip, karakter organisasi, paradigma gerakan, unsur-unsur perjuangan dan kredo gerakan KAMMI, menjadikan KAMMI tetap berada dalam bingkai keIslaman. Landasan filosofi gerakan inilah yang merupakan landasan utama dan spirit perjuangan yang menjiwai pergerakan KAMMI. Dan dari landasan filosofi inilah diharapkan lahirnya kader-kader KAMMI dengan kekhasan dan keistimewaan yang tidak ada pada organisasi kemahasiswaan lainnya. Sehingga ciri yang melekat dari kader yang dihasilkan dari filosofi gerakan ini adalah integritas dan progresivitas kader di medan amal perjuangan Islam. Untuk akhirnya, tafsir inilah yang diinternalisasi dalam diri kader-kader KAMMI itu sendiri untuk kemudian merealisasikan tafsir-tafsir tadi dalam aksi-aksi nyata.


Referensi yang bisa dibaca :

  • Manhaj Kaderisasi 1427 H
  • Buku Pedoman Umum Implementasi Kaderisasi KAMMI Daerah Semarang
  • Dari Gerakan ke Negara karya Anis Matta
  • Ijtihad Membangun Basis Gerakan karya Amin Sudarsono
  • Menciptakan Momentum karya Rijalul Imam
  • Capita Selecta KAMMI : Membumikan Ideologi Menginspirasi Indonesia karya Rijalul Imam dkk.
  • Konstitusi KAMMI


Bimandhika M. Putro
Kaderisasi PK KAMMI Teknik UNDIP 2012

Peran KAMMI di Kampus

Jika pernah ada teman mahasiswa yang menanyakan dimana peran KAMMI di kampus? Kok tidak seperti HMI, PMII dan lain-lainnya? Pertanyaan seperti di atas pasti akan membuat kader KAMMI yang ditanyai akan sedikit (atau bias juga banyak, hehe) berfikir sebelum menjawabnya. Memang ketika kita membandingkan antara KAMMI dengan omek-omek yang lainnya tentu kita akan mengoleksi banyak perbedaan, mulai dari prinsip-prinsip dasar perjuangan, pola gerakan bahkan sampai pada performa dan penampilan kader-kadernya di gelanggang (baca; kampus). Itulah KAMMI karena memang kita berbeda.

Perbedaan antara KAMMI dengan omek lain, barangkali salah satunya adalah nuansa keagamaan yang kental. Tidak fair kalau ana hanya berstatemen demikian tanpa adanya bukti atau pengakuan. Berikut adalah pendapat seorang mahasiswa Undip tentang KAMMI. Ada seorang mahasiswa yang mengungkapkan keinginannya untuk ikut bergabung bersama KAMMI, dan setelah ditanya motivasinya, Ia menjawab “Pengin nambahin ilmu agama lah dengan bergaul bersama orang-orang alim. Ungkapan tersebut jelas mengambarkan bagaimana pandangan mahasiswa tentang KAMMI. Beberapa yang lain menganggap anggota KAMMI merupakan aktivis-aktivis yang memeiliki militansi luar biasa, apakah benar? Coba tanyakan pada diri Antum sendiri! (mohon maaf bagi pembaca yang bukan kader KAMMI). Ada satu lagi, temana ana yang kuliah di Undip, pernah kaget ketika mengetahui ana ikut KAMMI, ketika ana tanyakan kenapa? Beliau menjawab, KAMMI itu organisasi yang berat (Subhanallah).

Pandangan-pandangan mahasiswa tentang KAMMI di atas sedikit menggambarkan peranan KAMMI di kampus, KAMMI telah berhasil memberikan warna baru di dunia pergerakan mahasiswa, yaitu warna yang lebih islami dan lebih militan, luar biasa memang. Tapi sesungguhnya hal itu merupakan tanggung jawab kita sebagai kader KAMMI untuk kemudian menjaga dan meningkatkan predikat-predikat baik tersebut agar tetap tersemat pada tubuh KAMMI.

Sebagai OMEK (organisasi mahasiswa ekstra kampus), KAMMI, sebagaimana saudara-saudaranya yang lain, memiliki peran sentral sebagai lembaga aspiratif luar kampus yang akan menghembuskan wacana-wacana, kritikan, maupun masukan-masukan seputar pergerakan mahasiswa maupun pelaksanaan birokrasi di kampus. Hal ini sangat perlu dilakukan demi menjaga dinamisasi kehidupan kampus. Apalagi KAMMI memiliki jaringan sampai pada tingkat nasional dahkan internasional, sehingga dapat memberikan penilaian, perbandinga serta rekomendasi-rekomendasi yang lebih komprehensif demin kemajuan kampus.

Tapi kemudian apakah KAMMI sudah menjalankan perannya tersebut? Dalam menjawab pertanyaan ini akan muncul dua sudut pandang yang berbeda, pertama dari dalam kampus, apakah peranan KAMMI sebagai omek, sebagai lembaga aspiratif telah tampak dan dirasakan? Jawabannya antara ya dan tidak. (atau tidak tahu, karena banyak mahasiswa yang tidak mau tahu). Yang kedua sudut pandang dari intern KAMMI sendiri, pertanyaannya sama, namun tidak cukup hanya menjawab ya dan tidak saja (haram bagi kader manjawab tidak tahu). Kalau jawabannya ya, Bagus!, tapi kalau jawabannya tidak atau belum, maka muncul satu pertanyaan lanjutan, MENGAPA? Apakah karena KAMMI masih berkutat pada permasalahan internal saja, sehingga tidak sempat mengurusi problematika kampus? Atau selama ini KAMMI hanya merekrut dan merekrut tanpa kemudian menyumbangkan kader-kadernya untuk duduk membangun kampus? Atau KAMMI tidak punya cita-cita untuk kesana? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan sebuah aoutokritik buat kita, kader-kader KAMMI.

Tapi Antum tak perlu terlalu menghawatirkan hal itu, karena menurut ana menurut ana jawabannya adalah ya. Ya!, KAMMI selama ini sudah meposisikan diri sebagai basis kader-kader berkopetensi tinggi yang siap untuk duduk bersama membangun kampus tercinta. KAMMI selama ini telah memposisikan dirinya sebagai lembaga aspiratif yang senantiasa kritis menyikapi kebijakan-kebijakan kampus dan merekomendasikan solusi-solusi untuk kemajuan Universitas. Hanya saja perlu kita akui bahwa peranan ini dirasa belumlah maksimal, oleh karena itu perlu untuk lebih dimaksimalkan lagi.

Bentuk konkrit terkait peranan KAMMI (sebagai omek) di kampus misalnya dengan mendelegasikan kader-kadernya untuk berprtisipasi dalam penyelenggaraan organisasi mahasiswa di kampus. Hal ini dapat kita lihat, bahwa hampIr semua kader KAMMI memegang amanah di kampus baik sebagai pengurus SKI, HMJ, BEM, DMF maupun di UKM-UKM.

Itulah sedikit ulasan yang semoga dapat memberi gambatran singkat tentang peran KAMMI di Kampus, semoga bermanfaat bagi diri ana pribadi dan bagi Antum yang membacanya. Aamiin.


Dikutip dari kammium.wordpres.com dengan beberapa penyesuaian.

Aksi Untuk Rohingya


Oleh Fadhila Fatma P.

 "Bebaskan Muslim Rohingya!"

"Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa!"

"Boikot SEA Games berikutnya yang dilaksanakan di Myanmar!"

Orasi-orasi para demonstran yang disiarkan di televisi pagi ini. Ummi yang sedang mengunyah nasi gorengnya sebagai sarapan menatap layar kaca itu nyaris tanpa kedip. Terhampar di meja makan, koran hari ini yang baru saja diantar sang loper, headline tentang penderitaan Muslim Rohingya.

Beberapa waktu belakangan ini memang sedang gempar berita tentang penindasan terhadap Muslim Rohingya di Arakan, karena tak diakuinya mereka sebagai warga negara Myanmar. Ummi sih sebetulnya cuma sesekali membaca berita tentang itu via internet, tapi bacaan yang sedikit itu membuatnya ingin melakukan sesuatu untuk saudaranya itu.

Terlintas di benaknya, bagaimana kalau mengadakan aksi? Tapi diizinkan pihak sekolah tidak, ya?

Maka pada istirahat pertama, Ummi menemui Hanif, wakil ketua sekaligus koordinator akhwat Rohis SMA-nya.

"Kita jangan bisa diam saja melihat saudara kita dibantai seperti itu!" serunya berapi-api. Tak peduli bahwa mereka sedang berada di depan pintu mushola yang dipadati siswa yang baru saja selesai Dhuha. "Beruntung kita di sini masih bisa shalat Dhuha, gimana dengan mereka yang di sana? Shalat wajib saja susahnya minta ampun!"

Hanif mendengarkannya sambil lalu. Dalam hatinya, dia juga menginginkan ada gebrakan yang dilakukan Rohis untuk menunjukkan kepedulian pada muslim di sana. Tapi apa?

"Jadi kamu pengin kita bikin kayak istighasah, gitu?" tanya Hanif.

"Gak cuma itu. Kita harus turun ke jalan!"

"What?" Mulut Hanif membulat sempurna.

"Kok kaget?"

"Yang bener aja? Aksi? Sejarah baru tuh, seumur-umur belum ada sekolah di kabupaten ini yang siswanya turun aksi."

"Makanya kita bikin sejarah!"

Hanif tertawa. "Aku sih juga seneng banget kalau kita bisa aksi. Tapi, emang boleh sama pihak sekolah?"

"Yee, makanya aku ngomong sama kamu, Ibu Waketu. Biar kamu yang ngelobi Pak Rochmad."

"Ntar aku bicarakan sama Recky dulu deh ya. Kalau dia setuju, kita bisa ngomong ke Pak Rochmad. Kalau disetujui, kita baru mengerahkan massa. Gimana, Bu Sekre?" Hanif gantian memanggil Ummi dengan jabatannya.

Untuk sementara, semangat Ummi yang berapi-api tertahan oleh bel tanda istirahat selesai.

Tanpa buang tempo, sebelum guru pelajaran berikutnya masuk, Hanif menghubungi Recky, ketua Rohis mereka. Recky sih dengan cueknya menyerahkan semua urusannya pada Hanif, jadilah sepulang sekolah, Ummi menemani Hanif menghadap Pak Rochmad, sang Wakasek Bidang Kesiswaan.

"Oh, boleh. Tapi saya belum tahu, boleh aksi di jalan raya, nggak. Soalnya itu kan jalan negara. Kalau kalian pakai jalan di belakang sekolah yang lebih kecil, mungkin masih boleh. Keliling aja di jalan itu, yang sekaligus melewati Rumah Dinas Bupati," enteng sekali jawaban Pak Rochmad.

Hati kedua siswi itu melonjak gembira.

"Teknisnya gimana?" lanjut Pak Rochmad.

"Belum kita bicarakan sih, Pak," Hanif yang menjawab. "Saya mau izin dulu sama Pak Rochmad, kalau diizinkan, baru nanti Rohis yang mengerahkan massa."

"Yang mau orasi siapa emang?"

"Ehm... Kalau itu, kayaknya Ummi bisa, Pak," sahut Hanif, mengernyit kesakitan saat Ummi menendang kakinya di bawah meja.

Meskipun begitu, malamnya Ummi membuat kliping dari koran langganannya. Takut kalau kata-kata Hanif tadi ternyata sungguhan. Jadi, itung-itung persiapan orasi lah.

Muslim Rohingya, atau oleh orang Myanmar disebut “Bengali”, tidak memiliki kewarganegaraan yang jelas. Menurut pemerintah Myanmar, orang Rohingya adalah warga Bangladesh sehingga harus dipulangkan ke negara tersebut. Namun, pemerintah Bangladesh malah justru merepatriasi warga Rohingya karena tidak mengakui mereka sebagai warga negara. Tidak ayal, Rohingya terus menjadi korban diskriminasi.

... kekejian itu dilakukan oleh oknum Buddha yang tidak menyukai keberadaan Muslim di wilayah utara negara tersebut...

... dibantu militer, sweeping tersebut hanya menargetkan etnis Muslim Rohingya. Mereka, terang Rofiq, menggeledah setiap rumah, merampas perhiasan dan harta benda, serta kebutuhan pangan lainnya...

... aksi mutilasi organ tubuh juga dilakukan...

... pembakaran rumah ibadah, dan pengosongan pemukiman agar bersih dari etnis Muslim Rohingya...

* * *

Esoknya, Hanif dan Ummi dipanggil untuk menemui Pak Rochmad di ruangannya.

"Gimana rencana aksi kalian, jadi?" tanya Pak Rochmad setelah berbasa-basi sejenak.

"Belum sempat dibahas lagi, Pak," jawab Hanif. "Tapi saya juga sudah ngobrol sama beberapa anak Rohis."

"Yah, sebetulnya gini..." Pak Rochmad berdeham. "Setelah saya diskusi dengan Guru Agama, beliau bilang, sebaiknya kasus Rohingya ini dipikir masak-masak, jangan sekadar emosional saja."

"Maksudnya gimana, Pak?"

"Kata Pak Bambang, guru Agama, kejadian di Rohingya itu tidak seheboh yang diduga. Bahkan menurut SBY, Sebenarnya itu hanya masalah antar-etnis saja di sana, tidak ada sangkut pautnya dengan pemerintah Myanmar, apalagi sampai ada genosida segala. Hoax itu."

Penjelasan Pak Rochmad membuat dahi Hanif dan Ummi mengerut. Lah, kemarin siapa yang malah mengusulkan teknis aksi? Kenapa sekarang malah berbalik opini begini?

"Tapi, Pak, bukankah di berita-berita juga sudah disebutkan..." Hanif mencoba membantah.

"Memangnya kalian sudah pernah ketemu langsung sama orang Rohingya?" sela Pak Rochmad.

Hanif diam saja.

"Berita itu belum tentu akurat. Percaya saja sama SBY. Orang presiden RI saja sudah menyatakan tidak ada genosida, kenapa kita malah ribut-ribut soal itu? Mending bantuin saja daerah-daerah di Indonesia yang kena bencana alam, daripada ngurusin negara luar sana yang belum jelas kebenarannya."

Ummi sudah siap membantah. Kalau berita saja dibilang belum tentu akurat, pernyataan SBY juga lewat berita, kan? Tentunya itu belum pasti akurat juga, kan? Apalagi lebih banyak berita yang membeberkan diskriminasi dan penderitaan Muslim Rohingya daripada pernyataan hoax kasus tersebut. Lagipula, kalau PM Turki yang jauh di sana saja sudah melihat langsung fakta di Myanmar, kenapa Presiden Indonesia yang dekat begini malah kalem-kalem saja? Harusnya Indonesia dong yang jadi pionir pembela sesama muslim di sana?

Hanif melihat raut wajah Ummi yang seperti siap menerkam. Tahu kebiasaan kawannya yang emosional itu, dia menggenggam tangan Ummi tanpa terlihat oleh Pak Rochmad, berusaha memenangkannya. Ummi mengerti makna genggaman itu, dan dengan jengkel mengalihkan pandangan ke mana saja untuk mengalihkan emosinya.

Komentar Pak Rochmad selanjutnya bahkan tidak didengarnya. Apa pun, baginya intinya sama saja. Tentu saja Pak Rochmad lebih mempercayai Pak Bambang, hanya karena posisinya sebagai guru Agama Islam di sini, jadi dianggap paling mumpuni dalam bidang agama. Padahal, Ummi tahu persis, komentar Pak Bambang selalu sinis terhadap pemahaman semacam ini, yang menurut beliau ekstrem. Tapi Ummi pun diam saja, sebab dia pun menyadari, salah langkah sedikit saja, Rohis bisa dianggap ekstrem, bisa-bisa dibekukan seperti kejadian beberapa tahun silam.

Sebagai ekspresi "balas dendam", Ummi pun memprovokasi Hanif dan pengurus inti Rohis lainnya untuk mengadakan saja penggalangan dana dalam lingkup internal sekolah. Dalam hal ini, Hanif setuju, begitu pula Recky. Akhirnya mereka pun dibagi menjadi beberapa tim, sebagian mengurus perizinan, sebagian bertugas keliling kelas untuk menggalang dana.

Entah bagaimana prosesnya, tim perizinan menyampaikan ada lampu hijau dari Pak Bambang yang juga sebagai pembina Rohis. Meski begitu, rupanya Pak Bambang belum mengoordinasikan guru lain terkait rencana ini. Di beberapa kelas yang mereka masuki, para guru menanyakan surat izin untuk kegiatan ini. Tim keliling ini kelabakan, karena tim perizinan sama sekali tidak mengatakan tentang surat izin!

Ternyata tim perizinan hanya mendapat persetujuan Pak Bambang lewat lisan. Ummi pun membuatkan surat izin yang ditandatangani Pak Bambang, dan setelah melihat tanda tangan itu, Pak Rochmad pun bersedia menandatanganinya.

Sepulang sekolah, mereka semua berkumpul di sekretariat Rohis. Mana lagi kalau bukan mushola? Semuanya menghitung jumlah uang yang berhasil mereka kumpulkan.

Tiba-tiba, salah satu dari mereka nyeletuk, "Mi, ngomong-ngomong, ini dana sebanyak ini mau disalurkan lewat mana?"

Ummi sendiri terperangah. Baru ingat, dia bahkan belum berpikir ke sana!


==============================================================


Nah, buat teman-teman yang ingin menyalurkan bantuan dana untuk Muslim Rohingya, tapi bingung mau disalurkan lewat mana, KAMMI Teknik Undip menerima bantuan dana dari teman-teman untuk mereka.

Caranya?

Tinggal hubungi Akh Ihsan (085693113381) atau Akh Eko (085664503782).

Kasusnya udah basi?

Hmm... Media boleh saja berhenti memberitakannya, tapi penderitaan mereka sama sekali belum berhenti.

Bantuan dana dan doa teman-teman masih sangat dibutuhkan. ^_^




Sumber berita:
http://www.dakwatuna.com/2012/08/22180/hidayat-nur-wahid-ke-myanmar-bahas-rohingya/#ixzz24jYRdGL0
http://www.republika.co.id/berita/internasional/tragedi-rohingya/12/08/04/m88o7j-inilah-pengakuan-seorang-muslim-rohingya
http://video.tvonenews.tv/arsip/view/59841/2012/08/05/sby_tidak_ada_indikasi_pembantaian_etnis_di_myanmar.tvOne

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money