Anis Matta: Bukan Masalah Siapa Pemimpin Berikutnya

Semarang - Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta menyatakan bahwa siapa pemimpin berikutnya Indonesia bukan merupakan masalah.

"Bukan masalah siapa pemimpinnya, tapi siapa yang memahami spirit generasi baru Indonesia mendatang," ujarnya saat mengisi acara Dialog Kebangsaan Mencari Pemimpin Indonesia yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Diponegoro hari ini (25/11).

Anis mengibaratkan demokrasi di Indonesia ini seperti perkembangan teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi pada jaman dulu berupa telepon kuno yang penggunaannya dengan cara memutar nomor dan pager, berkembang menjadi handphone berukuran besar, dan sekarang sudah berupa smartphone

"Pengguna yang lahir pada masa beredarnya smartphone inilah yang dinamakan native IT," ujarnya. Ketika disodorkan handphone lawas, native IT ini akan membuka seluruh fitur yang ada, tapi akan jarang menggunakan fitur dasarnya, yaitu telepon dan SMS. Sebaliknya, bagi pengguna yang sudah tua, meski dibekali smartphone, penggunaannya akan berkisar pada fitur dasarnya.

Seperti halnya IT, penduduk yang lahir pada 1990-an bisa disebut sebagai native democracy. "Orang-orang yang hidup di zaman otoriter, hanya akan memakai fitur-fitur dasar demokrasi seperti pemilu," tandas Anis.

Dialog Kebangsaan tersebut diselenggarakan di Gedung Prof. Soedarto, SH. Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung dan Mantan Penglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto sebagai pembicara, serta Direktur Eksekutif Political Tracking Institute Hanta Yuda sebagai moderator. (fafa, foto: undip.ac.id)

Endriartono Sebutkan Kriteria Pemimpin Masa Depan

Semarang - Mantan Penglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto menyebutkan lima kriteria pemimpin masa depan untuk Indonesia. Lima kriteria tersebut adalah visioner, memiliki wawasan kebangsaan yang kuat, negarawan dan consensus builder, bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme dan berkarakter, serta adil, tegas, dan berani mengambil risiko.

Pernyataan tersebut disampaikan saat mengisi acara Dialog Kebangsaan Mencari Pemimpin Indonesia yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Diponegoro hari ini (25/11).

Endriartono, yang juga salah satu peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, menyatakan bahwa demokrasi yang ada di Indonesia saat ini merupakan demokrasi formalitas.

"Yang ada di Indonesia sekarang ini merupakan demokrasi formalitas, bukan demokrasi substansial," ujarnya. "Demokrasi sekarang tidak dengan etika dan moral. Transaksional sudah menjadi hal biasa."

Dialog Kebangsaan tersebut diselenggarakan di Gedung Prof. Soedarto, SH. Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta sebagai pembicara, serta Direktur Eksekutif Political Tracking Institute Hanta Yuda sebagai moderator. (fafa)

Kebangkitan Pemuda Diawali dengan Pertemuan

"Pemuda adalah tonggak perjuangan aspirasi mahasiswa. Namun kondisi pemuda pada awalnya kebanyakan masih terpisah dalam kedaerahan, golongan maupun pemikiran. Maka dari itu kita perlu berkumpul, berserikat dan bertemu. Menyamakan visi, menyamakan pandangan dan menyatukan frame bahwa kita punya satu tujuan untuk membangun Indonesia."

Sudah diakui dalam sejarah bahwa pemuda adalah tonggak perjuangan aspirasi masyarakat, dan juga pemuda lah yang mengawali suatu revolusi besar di Indonesia. Pemuda adalah orang-orang yang memiliki semangat sangat tinggi dan juga pemikiran yang kritis. Pemuda adalah orang-orang yang pantang menyerah dan rela berkorban untuk sesuatu yang inginkan. Sifat-sifat pemuda inilah yang membuat pemuda menjadi garda terdepan aspirasi masyarakat Indonesia.

Dari sebelum kemerdekaan hal itu sudah terbukti. Tahun 1908 Budi Utomo didirikan oleh para pemuda terdidik sebagai awal kebangkitan nasional. Tahun 1928 para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul dan bertemu dalam Kongres Pemuda II untuk mengucapkan suatu sumpah yang sekarang kita kenal dengan Sumpah Pemuda. Tahun 1945 para pemuda berkumpul dan bersepakat untuk menculik Sukarno ke Rengasdengklok dan mendesak Sukarno untuk membacakan proklamasi kemerdekaan secepatnya. Dan akhirnya Indonesia pun merdeka pada 17 Agustus 1945 atas desakan kaum muda.

Setelah kemerdekaan pun hal itu juga terbukti. Tahun 1966 Sukarno diturunkan salah satunya atas desakan mahasiswa. Tahun 1998 adalah momen paling luar biasa atas peran pemuda dalam membuat sebuah revolusi dalam suatu negara. Mahasiswa mendesak Suharto untuk turun dengan jumlah massa sangat besar dan mengakibatkan tragedi mei 1998. Namun pemuda tidak gentar dan mereka justru semakin berjuang. Mereka berhasil menduduki Gedung MPR dan memaksa Suharto untuk turun jabatan pada 21 Mei 1998.

Sejarah di atas sudah membuktikan peran pemuda. Namun perjuangan pemuda itu tidak mungkin terbentuk secara spontan. Pemuda-pemuda ini berasal dari berbagai suku, agama, ras dan golongan namun mereka bisa bersatu. Apa yang menyebabkan mereka bersatu? Yaitu adanya sebuah perkumpulan, adanya sebuah forum yang menyatukan semua aspirasi dan perjuangan para pemuda menjadi satu frame perjuangan.

Kita bisa lihat Budi Utomo dan Kongres Pemuda. Dua forum atau perkumpulan yang sangat berkontribusi mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Kita bisa lihat contoh dari Kongres Pemuda. Peserta Kongres Pemuda itu berasal dari daerah yang berbeda. Mereka waktu itu sepakat jika mereka hanya berjuang masing-masing maka gerakan perlawanan yang ada adalah gerakan lokal yang bisa dengan mudah dipatahkan. Maka dari itu mereka sepakat berjuang dalam satu frame yaitu tanah air Indonesia. bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia.

Itu pula yang dibutuhkan pemuda saat ini terutama mahasiswa. Kita butuh banyak suatu forum yang bisa mengakomodasi berbagai aspirasi perjuangan untuk menyatukan pandangan, gerakan dan perjuangan untuk membangun Indonesia. Saat ini sudah banyak forum seperti itu contoh seperti Forum Indonesia Muda. Atau forum-forum yang diadakan oleh perguruan tinggi seperti Indonesian Leadership Camp di UI, Pelatihan Pemimpin Bangsa di UGM, Diponegoro School of Nation di Undip, Sekolah Pemuda Bangsa di Unsoed dan masih banyak yang lain. Semua itu selain itu memberikan pengetahuan kepada pemuda tentang Indonesia. Juga untuk menyatukan semua pendapat yang ada agar kita berjuang tidak lagi tersekat almamater dan kedaerahan tapi. Tapi kita berjuang dalam satu nama, mahasiswa Indonesia.

Kita mungkin memang masih terpisah daerah, masih terpisah almamater, masih terpisah agama, masih terpisah ideologi dan sebagainya. Tapi marilah kita berkumpul, berdiskusi, saling bertukar pikiran dan menyatukan tekad bahwa semua perjuangan kita harus bergerak bersama-sama dan perjuangan itu hanya untuk satu tujuan. Indonesia Raya akan bangkit dan jaya!


Ditulis oleh:
Yanfa'uni Ade Pradena W
(Staf Departemen Kajian Strategis PK KAMMI FT Undip)

(editor: Fafa)

Eksistensi Jiwa Kepahlawanan dalam Setiap Hati Para Pemuda Indonesia

Para Pahlawan, itulah jiwa yang selalu hidup dalam sanubari Ibu Pertiwi. Mereka adalah manusia-manusia, para pemuda yang selalu memeluk Sang Ibu, mendekapnya dengan erat dan siap mati ditangan siapa saja yang berusaha menjajah Ibu Pertiwi. Mereka selalu menjaga eksistensi sang Ibu dari imperialisme zaman dahulu.

Tak disangka, 68 tahun Indonesia telah berdiri, dengan perjuangan yang selalu digelorakan semangatnya di setiap penjuru nusantara. Hal ini tidak mungkin berjalan secara instan, butuh banyak ribuan liter darah yang tertumpah dan ribuan orang yang gugur ditangan penjajah. Perjuangan ini tak semudah memasak mie instant, perjuangan ini pun tidak secepat delivery order restoran. Perjuangan ini juga belum berakhir kawan, kerana perjuangan tidak akan pernah berakhir. Tentunya dengan perjuangan bangsa yang belum berakhir, sangat dibutuhkan pahlawan-pahlawan yang harus terus bergulir dan beregenerasi untuk terus memeluk Ibu Pertiwi dengan eratnya. Perjuangan pahlawan saat ini harus terus digelorakan aksi dan semangatnya di tangan pemuda bangsa.

Negeri ini masih terjajah kawanku, ingat, perjuangan kita masih panjang. Sumber daya kita masih banyak dijajah oleh perusahaan-perusaahan asing, mereka masih terus menjajah sama seperti sedia kala. Kita lihat berapa banyak sumber daya alam kita yang dirampas perusahaan asing, betapa indonesia saat ini terjerat dengan sistem kontrak perusahaan asing yang semakin memporakporandakan negeri ini. Hal ini diperburuk dengan sikap pemuda bangsa kita yang sedang sakit kritis, diperburuk dengan sikap mereka yang apatis terhadap kemajuan negeri ini. Berapa banyak mereka yang turun beraksi membangun dan berkarya demi negeri ini, turun aksi untuk beraspirasi, daripada mereka yang turun aksi mengunci kamar dan belajar untuk menyelamatkan IPK mereka supaya bisa bekerja di perusahaan asing! Kawanku, perang dengan mereka saat ini bukan tentang bagaimana kita bisa mengangkat senjata, namun perang saat ini bagaimana kita bisa mengangkat hati kita demi kemerdekaan bangsa ini! Sadarilah!

Negeri ini mengalami krisis jiwa kepahlawanan, arus globalisasi telah merusak jiwa para pemuda bangsa. Kita buktikan, Mari kita lihat dilema pemuda bangsa saat ini. Mari kita lihat berapa banyak para pemuda yang masih peduli dengan bangsanya, yang telah berlelah-lelah diperjuangkan para pahlawan terdahulu. Mari kita lihat berapa banyak para pemuda yang berkumpul untuk memikirkan nasib bangsa ini, daripada mereka yang berkumpul untuk bergembira, bersenang-senang. Kita lihat ratusan bahkan ribuan pemuda-pemudi yang datang di acara pesta konser Metallica, Linkin Park, Eminem, namun hanya segelintir orang yang datang di aksi untuk memperjuangkan aspirasi rakyat di hadapan penguasa tirani dzalim. Berapa banyak para pemuda yang berkumpul menghasilkan karya untuk mengembangkan indonesia, daripada mereka yang berkumpul untuk berjudi, minum-minuman keras, pesta seks!

Bangsa ini dinaungi oleh pemuda yang sakit, yang terlalu terbuai dengan kesenangan pribadi, egoisme yang terlalu tinggi, hanya peduli dengan diri sendiri. Berapa banyak mereka yang bersuara demi bangsa, daripada mereka yang bersuara galau di sosial media. Berapa banyak dari mereka yang menulis untuk tujuan mencerdaskan masyarakat, daripada mereka yang menuliskan kegalauannya sendiri. Sebagian pemuda bangsa kita masih sangat konservatif, mereka yang hanya mementingkan kepentingan pribadi.

Apa dampak lebih jauhnya ketika kita masih terus menjadi pemuda yang sakit? Saya pribadi sangat yakin ribuan persen, indonesia bisa jauh lebih hancur dari sekarang. Akan lebih banyak orang-orang korup yang memperjuangkan kepentingan pribadi di masa depan. Negeri ini akan jauh lebih terjajah dan akan lebih parah daripada zaman sebelum kemerdekaan. Ibu Pertiwi akan jauh lebih marah, dan menangis melihat orang-orang di masa depan merusak negeri ini. Indonesia sangat kecewa dengan pemuda bangsa saat ini. Mereka para pemuda yang diharapkan menjadi pahlawan yang terus bergelora di masa depan, saat ini telah banyak dirusak oleh rasa egoisme yang tinggi.

Seperti inikah pemuda bangsa kita? Semoga saja tidak, kawan. Kita harus terus optimis, bahwa negeri ini akan jauh lebih baik karena negeri ini punya para pemuda bangsa yang terus menjaga dan memperjuangkan bumi pertiwi. Negeri ini mempunyai para pemuda bangsa yang akan terus bergelora semangat kepahlawanannya untuk terus memeluk Sang Ibu Pertiwi dan mendekapnya dengan erat. Salam Pemuda Bangsa!


Ditulis oleh:
Muhammad Syarief
(Staf Departemen Kajian Strategis PK KAMMI FT Undip)

(editor: Fafa)

Terorisme, Alat Penyeimbang Pemerintahan

Terorisme merupakan hal yang telah umum dibicarakan masyarakat baik nasional maupun internasional. Ia telah menjadi ‘bulan-bulanan’ pembicaraan karena telah banyak menjadi sebuah masalah yang besar di dunia. Namun, apakah permasalahan terorisme itu sebegitu buruknya sehingga government sebagai penyelenggara negara harus menghapus segala bentuk teror? Apakah tidak ada sisi lain yang menjustifikasi pentingnya Menurutmu, apakah terorisme merupakan hal buruk yang harus dihilangkan? Mari kita bahas..

Terorisme dalam perjalanan kariernya telah banyak merubah dunia, teror merupakan bentuk kontak reaksi atas suatu kebijakan atau hal. Terorisme merupakan jalan yang dilakukan untuk mempertahankan, atau mengubah suatu sistem yang ada. Banyak aspek yang bisa dijadikan alasan untuk melakukan teror, seperti aspek agama, ideologi, sosial,ekonomi, dan lainnya. Jika kita lihat sejarah, terorisme itu tidak selamanya buruk, karena ia banyak berjasa dalam perubahan tatanan sistem. Banyak hal yang bisa dirubah melalui bentuk terorisme, seperti pemisahan negara antara palestina dengan israel, sama halnya yang terjadi waktu pemisahan RRC dengan Taiwan, penetapan negara religius atau berideologi seperti iran,pengakuan kewarganegaraan di afrika, dan lainnya. Terorisme pada dasarnya hanya merubah sistem yang salah menurut sang teror, jadi poin utama yang bisa diambil dan diaplikasikan adalah ketika terorisme bisa menjadi alat penyeimbang pemerintahan. Ketika pemerintahan pada suatu negara telah mengalami kebobrokan dan sulit untuk diatasi, maka ‘terorisme’ berfungsi untuk melakukan revolusi pemerintahan.

Pada beberapa kasus, terorisme telah banyak berhasil mentransisi pemerintahan yang lebih baik. Nelson Mandela di Afrika Selatan dan Gerry Adams di Irlandia Utara mungkin bisa menjadi contoh riil. Terorisme dalam perjalannya merupakan jalan revolusi untuk menuju jalan politik yang lebih baik. Hanya saja, dalam perkembangan waktu, terorisme telah banyak memperoleh cap buruk di masyarakat. Perlu diyakini, cap buruk yang ada pasti adalah label yang diberikan pemerintah selaku target terorisme. Lenin dalam perjalanan politiknya di rusia pun juga pasti diberi label buruk oleh pemerintah dengan label teroris. Hal ini juga terjadi sewaktu revolusi di Perancis, dan tidak jauh-jauh, pejuang reformasi di indonesia pasti juga dicap sebagai teror bagi pemerintah Orba. Hal ini membuktikan bahwa terorisme telah banyak berjasa dalam sejarah. Seharusnya, dengan adanya terorisme berarti menjadi tanda bahwa pemerintah tidak mampu memfasilitasi dan mengakomodasi salah satu pihak di dalam masyarakat. Terorisme menandakan adanya ketidaksamaan dan ketidakadilan dalam masyarakat yang menjadi pemicu utama terjadinya teror. Ia seharusnya menjadi bukti bahwa pemerintah tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara negara, yaitu mensupport hak asasi kaum minoritas untuk mencegah keinginan kaum mayoritas untuk menekan hak asasi untuk kepentingan sendiri. Dari poin tadi, dapat dibuktikan bahwa kita butuh terorisme sebagai penyeimbang negara.

Mengapa terorisme itu penting dalam suatu negara adalah dengan adanya terorisme bisa menjadi alat untuk melakukan diskusi dengan pemerintah. Terorisme menjadi sebuah sinyal bahwa ada yang tidak berjalan secara baik dalam masyarakat. Terorisme dapat menjadi jalan yang mengundang pemerintah untuk bernegosiasi dan membuat kesepakatan pada sebuah kebijakan. Dan ketika pemerintah tidak ada keinginan untuk bernegosiasi, maka jalan teror merupakan jalan utama untuk mengubah tatanan menjadi lebih baik. Nelson Mandela bisa menjadi contoh yang mampu merubah sistem dengan jalan terornya, ia bergerak dari seorang teroris menjadi sang presiden.

Selain itu, jalur teror dapat menjadi alat untuk mengangkat permasalahan yang tidak mendapat perhatian bagi pemerintah. Kasus terorisme di palestina telah membawa kasus Palestina-Israel ke mata publik dunia. Terorisme juga mengangkat perhatian dunia untuk menumbangkan pemimpin diktator seperti yang terjadi saat Arab Spring di Libya, Tunisia, Mesir, dan lainnya. Tentunya kasus Arab Spring tidak terjadi begitu saja, hal ini pasti dikarenakan masalah yang ada dalam negara-negara yang terlibat Arab Spring tidak diindahkan pemerintahnya, sehingga perlu ada jalur teror pada pemerintah untuk menarik perhatian dunia. Sekali lagi, terorisme banyak membantu untuk mengubah suatu tatanan menjadi lebih baik.

Oleh karena itu, mari kita kembali mendefinisikan apa itu terorisme, karena definisi terorisme telah banyak ditafsirkan buruk, terutama bagi pemerintah sebagai sasaran teror. Definisi yang terjadi pada terorisme menjadikan terorisme sebagai alat untuk penganiayaan melawan masyarakat tak berdosa untuk menghentikan penyelenggaraan negara. mengapa tidak kita mendefinisikan terorisme sebagai jalan bagi para pejuang kebenaran atau kelompok yang mau mengubah suatu tatanan negara untuk memperjuangkan negara melawan kediktatoran, atau sebuah sistem yang buruk dan mengubahnya menjadi lebih baik. Terorisme tidak seharusnya buruk dan diperangi, ia adalah alat terbaik untuk penyeimbang pemerintahan, mari kita ubah paradigma kita! Salam Terorisme!


Ditulis oleh:
Muhammad Syarief
(Staf Departemen Kajian Strategis PK KAMMI FT Undip)

(editor: Fafa)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money