ISRAEL, MENYERAHLAH!

“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hambaNya di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya...”

            Allah telah mengabadikan kisah Isra’ dan Mi’rajnya nabi Muhammad dalam alqur’an. Pada waktu itu, Rasulullah menjadi imam shalat bagi para nabi dan rasul di masjid Al Aqsha. Hal ini mengisyaratkan bahwa Islam adalah kalimat Allah terakhir bagi manusia sekaligus menjadi tanda bahwa shibgah (warna) terakhir bagi Al Aqsha di dalam syariat Allah adalah shibgah Islam hingga hari kiamat. Selain itu, Palestina adalah tanah waqaf umat Islam yang mana di sana terdapat Al Aqsha, kiblat pertama umat Islam. Oleh karena itu, kami tegaskan, Al Aqsha adalah milik kami, umat Islam!
        Hukum Internasional menyatakan bahwa yang berdaulat atas suatu wilayah adalah mereka yang pertama kali mendiami wilayah tersebut dan menunjukkan bukti eksistensi mereka atas wilayah tersebut berupa aktivitas dan bukti-bukti fisik. Kalian tidak memiliki akar sejarah sebagai penduduk asli Palestina. Kedatangan kalian dari permulaan akhir periode sebelum lahirnya Isa bin Maryam sampai permulaan Masehi hanyalah sebagai imigran dari Mesir. Jauh sebelum masuknya kalian, Palestina telah dihuni oleh bangsa Kanaan. Hal ini disebutkan dalam injil dan alqur’an. Karena itu, bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang Arab Palestina saat ini adalah pemilik sah Palestina. Israel hanyalah maling yang mengaku-aku!
      Masih ingat saat deklarasi kalian di Jerman diboikot dan diprotes para rabi. Kalian kemudian mencari tempat lain, di Swiss. Jerman paham, Israel berdiri di atas ideologi yang rasis, politis dan teroris. Kalian mengusir penduduk asli, melakukan teror dan pembantaian tanpa pandang bulu terhadap ibu-ibu, orang tua dan anak-anak. Praktik bumi hangus Deir Yasin menjadi saksi 400 masjid dan 400 gereja ternodai. Sebelumnya pun, gerakan Zionis Israel dinyatakan terlarang oleh PBB. Namun, lobi-lobi kalian kemudian berhasil menghapuskannya. Sebagaimana Jerman dan PBB yang tidak mengakui Israel, kami dan segenap rakyat Palestina pun tidak mengakui adanya Israel di muka bumi ini!
        Kami masih ingat, ketika dulu di bulan Ramadhan, tentara Mesir berhasil menembus terusan Suez dan menghancurkan benteng Berlif serta menghancurkan kekuatan tentara Israel. Begitupula tentara Suriah yang mampu membebaskan beberapa wilayahnya dari tangan Israel. Ternyata sudah sejak dulu kalian suka menjajah!
      Israel, menyerahlah! Kalian tidak akan menang melawan Palestina. Kalian datang ke Palestina untuk hidup, tapi rakyat Palestina akan tetap mempertahankan Palestina walau harus mati. Ketika sampai puncaknya nanti, kami, umat Islam yang akan membebaskannya sebagaimana Shalahuddin Al Ayyubi dulu menghancurkan dan menguasai kota ‘Asqalan yang merupakan pintu masuk menuju kota Al Quds dari tentara Salib yang mencoba menguasainya.

Seharusnya Kita Marah

Sejarah kebangkitan Indonesia dari masa otoritarian sejak 1998 silam terhitung 16 tahun lamanya hingga saat ini. Selama 16 tahun ini pula, pergerakan mahasiswa mulai bergeliat menyuarakan suaranya, memproklamirkan diri sebagai oposisi pemerintah. Alumni-alumninya mulai banyak yang berkarir menjadi politisi dan anggota dewan. Tapi kenyataannya, adakah perubahan itu yang dulunya dihiasi dengan semangat Reformasi? Mungkin belum! Lantas kapan? Rijalul Imam, dkk, telah meramalkan di tahun 2014 ini KAMMI mulai memasuki mihwar dauli. Hal itu tentu saja harus diimbangi dengan pengokohan visi KAMMI, membentuk kader-kader yang siap terjun di kancah perpolitikan Indonesia. Perjuangan selama 16 tahun ini ternyata masih belum cukup untuk mengisi stok kader guna siap didistribusikan di pemerintahan, mentok masih sebatas anggota DPR alias masih stag di ishlahul hukumah. Calon presiden Indonesia masih digawangi oleh bapak-bapak kita yang notabene berumur 60 tahun-an. Mungkin 10 tahun lagi. Ya! Bisa jadi 10 tahun lagi dengan rerata usia alumni kader KAMMI sekitar 40 tahun-an.
Menunggu masa 10 tahun itu banyak agenda yang harus sudah mulai dirancang jika benar-benar serius ingin mencapai mihwar dauli. Agar umat Islam tidak kembali dipencundangi seperti selama beberapa dekade ini. Saban pemilu agama dijual oleh kandidat capres demi penerimaan masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Tapi setelah itu, apa yang didapat oleh umat Islam? Kekecewaan demi kekecewaan yang senantiasa kita rasakan. Ketidakadilan yang mendiskreditkan Islam yang selalu kita dapatkan. Umat Islam tidak butuh embel-embel Islam kalau pada akhirnya tidak berimplikasi pada kebijakan politiknya. Hal itu semakin diperparah dengan partai Islam yang tidak kunjung dewasa belajar dari sejarah masa lalu. Partai Islam sudah terlanjur nyaman berjuang secara sporadis untuk mencapai, entah apa yang sebenarnya hendak dicapai.
Ada yang mengutuk demokrasi sebagai lingkaran setan yang berakibat pada terhambatnya perubahan dan perbaikan. Lantas apa yang hendak ditawarkan sebagai solusi alternatifnya? Mengganti demokrasi dengan sistem lain? Sejarah peradaban  Islam membuktikan bahwa kepemimpinan umat tidak cukup hanya dengan penaklukan tanpa ada pembelajaran bagaimana mengelola sistem pemerintahan yang ada. Pembelajaran yang bukan sekedar teori tapi juga praktek.
Masih ingat dulu umat Islam punya kekhilafahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah? Perlu diketahui, Bani Umayyah dibangun di atas tata kenegaraan persis Romawi dan Bani Abbasiyah dibangun di atas tata kenegaraan persis Persia. Apa itu pantas disebut Khilafah? Bahkan parahnya, Perdana menteri Umayyah di Andalusia selalu Yahudi atau Nasrani, belum pernah sekalipun Muslim bahkan sejak masa keemasaannya ketika dipimpin oleh Abdurrahman III. Tidak jauh berbeda dengan Umayyah, Perdana Menteri Abbasiyah rata-rata dari kalangan Majusi yang terdepan. Apa sebab? Karena yang dirasa paling berkompeten adalah mereka-mereka yang sayangnya secara akidah bermasalah. Saat itu tidak ada penyiapan Sumber Daya Manusia yang memadai untuk mengisi pos-pos penting itu, utamanya dari kalangan Muslim. Dari fakta sejarah ini, kita bisa melihat bahwa pada saat itu Islam sedang mengalami krisis kepemimpinan selain miskin pengalaman dalam sistem pemerintahan kontemporer. Tidak siap mengelola apa yang sudah didapatkan.
Sudah seharusnya kita marah dengan keadaan yang yang tidak kunjung membaik bahkan terkesan set back. Namun, kemarahan kita bukanlah kemarahan yang memperturutkan nafsu hingga melahirkan arogansi dan menghilangkan akal sehat. Kemarahan kita adalah semangat dan keinginan untuk memperbaiki segala sesuatunya yang masih bisa diperbaiki dengan potensi yang kita miliki. Mempersiapkan masa 10 tahun guna membangun basis kultural dan struktural, pengoptimalan multistakeholder partnership dan mencapai puncak kepemimpinan Indonesia dengan pemimpin yang imani dan mumpuni. Kemenangan adalah kepastian. Kita hanya mengikhtiarkan sebab.


Siapapun pemimpinnya saat ini, 10 tahun ke depan adalah KAMMI! 

(ditulis sebagai refleksi Pemilu saat ini)

SKSD "Si KAMMI Suka Dakwah"


Penyerahan Wakaf Quran oleh Ketua Komisariat ke Perwakilan Warga

Semarang, Pershum KAMMI FT - Selasa (15/7) Tawa riang anak-anak kecil sahut menyahut di tengah suasana Desa Rowosari pada sore itu. Kala itu, komisariat KAMMI Teknik melakukan silaturahmi ke desa Rowosari dalam rangka melaksanakan programnya yaitu SKSD (Si Kammi Suka Dakwah) untuk berbagi kebahagiaan Ramadhan. Dalam acara tersebut KAMMI Teknik melaksanakan buka bersama sekaligus menyalurkan wakaf Al-Qur’an ke Desa Rowosari. Acara dihadiri oleh Kakom (Ketua Komisariat) KAMMI Teknik Fahmi Akmal Hasani beserta rekan-rekan pengurus. Warga Rowosari yang hadir saat itu didominasi oleh anak-anak berusia sekolah, ibu-ibu dan para tetua desa. Acara dimulai dari jam 16.30 setelah panitia berjibaku dengan jalan menuju desa yang berliku lagi tidak mulus. Secara administratif, Desa Rowosari merupakan daerah yang masih dalam wilayah Kota Semarang. Namun desa tersebut masih tertinggal dalam ekonomi maupun pembangunan. Kebun-kebun di desa itu masih banyak ditemani oleh rumah-rumah dari kayu dan bilik. Begitupun jalan-jalan desa yang belum disentuh aspal atau pun beton. Sebelum dimulai, salah satu pemuda desa yang merupakan hafizh 15 juz membacakan tilawah sembari menunggu warga berdatangan. Ketua komisariat KAMMI Teknik membuka acara dengan sambutan sekaligus penyerahan wakaf Al-Qur’an secara simbolik kepada perwakilan warga desa. Ada sekitar 100 mushaf Al-Qur’an terjemah yang diwakafkan oleh mahasiswa-mahasiswa Undip lewat program KAMMI Teknik “100 Quran Untuk Tembalang”. Di antara 100 Qur’an tersebut sekitar 53 di antaranya diwakafkan untuk mushola-mushola di Desa Rowosari karena dianggap lebih membutuhkan, sedangkan sisanya untuk masjid-masjid di Tembalang.. Acara dilanjutkan dengan tausyiah dari Ustadz Luthfi. Beliau menyampaikan tentang bagaimana memanfaatkan hari-hari yang tersisa di bulan Ramadhan dengan ibadah maksimal, bukan dengan jalan-jalan ke tempat belanja atau hal yang kurang bermanaat lainnya. Sebagai penutup, perwakilan dari sesepuh desa melantunkan do’a untuk keberkahan acara yang dilaksanakan sore itu. 

Penulis : Naufal Dzaki

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money