Suasana acara political training |
Semarang - Training merupakan cara yang efektif untuk mentransfer suatu ilmu karena di dalamnya ada simulasi yang memudahkan aplikasi di kehidupan. Demikian pernyataan Andi Pratama selaku Ketua Departemen Kajian Strategis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Fakultas (Komfak) Teknik Universitas Diponegoro. Oleh karena itu, untuk memahamkan mahasiswa tentang aplikasi kehidupan berpolitik yang sehat dan sesuai dengan syari’at Islam, KAMMI Komfak Teknik Undip menyelenggarakan Political Training pada Senin-Selasa, 18-19 Juli 2011. Training yang dilangsungkan di Lantai 3 Gedung Dekanat Fakultas Teknik Undip ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa yang sebagian besar merupakan aktivis KAMMI dari berbagai komisariat di Universitas Diponegoro.
Ketua Panitia Political Training, Zulfan Afifi, mengatakan, “Rendahnya antusiasme mahasiswa terhadap pemahaman politik bisa jadi faktor utama yang menyebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa tentang politik.”
Sesuai dengan temanya, yaitu “Tumbuhkan Sense Politik Para Mahasiswa untuk Bergerak Tuntaskan Perubahan”, melalui Political Training ini, diharapkan mahasiswa menyadari bahwa mereka juga harus memiliki sense politik agar dapat menjalani hidup ini dengan penuh perencanaan dan strategi. Sebab menurut Andi, tanpa disadari sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berpolitik. Politik sendiri secara umum, merupakan cara atau strategi untuk mencapai sesuatu, sehingga mahasiswa yang belajar untuk mencapai IP yang diinginkan sesungguhnya juga sudah melakukan kegiatan politik.
Keaktifan peserta mengikuti jalannya acara |
Dalam training kali ini terdapat enam materi yang disampaikan oleh enam pembicara yang cukup dikenal di lingkungan KAMMI. Pada materi pertama, Ustadz Diding berbicara mengenai Fiqh Politik. Menurut beliau, salah satu cara untuk memperbaiki sistem perpolitikan yang kacau di negara ini adalah dengan memasuki sistem itu sendiri dan melakukan perbaikan dari dalam. Jika kita berada di luar sistem dan sekadar mengamati, maka kita juga turut berdosa ketika politik itu dikotori oleh mereka yang memiliki moral rusak. Sedangkan materi kedua adalah Politik Keteknikan yang disampaikan oleh Pak Agung Budi Margono, dilanjutkan materi Rekayasa Sosial oleh Pak Fris Dwi. Di hari kedua disampaikan pula materi Orasi, Pidato dan Opini Publik oleh Ibnu Dwi Cahyo, Analisa Gerakan oleh Aryanto Nugroho dan Risalah Pergerakan oleh Galih Pramilu Bakti yang merupakan Ketua KAMMI Daerah Semarang.
Salah satu pembicara training di hari kedua, Ibnu Dwi Cahyo, S.H., yang lebih menekankan materi kepada opini publik di era digital, menyampaikan bahwa, “Opini publik bisa dibentuk dan dikendalikan. Substansinya tidak selalu baik, tergantung siapa yang memainkan. Karena itu opini publik adalah pedang.” Sehingga media merupakan alat propaganda yang ampuh untuk memengaruhi publik. Peserta pun diminta untuk dapat objektif, profesional, dan tepat dalam memilih serta memilah berita yang ada di sekitar kita.
Pembicara, Fris Dwi, menyampaikan materi |
Secara keseluruhan, menurut Zulfan, training ini belum bisa dinilai keberhasilannya. Senada dengannya, Andi juga menyatakan bahwa keberhasilan transfer ilmu politik ini dapat dilihat dari Pemilihan Raya, Pemilihan Dekan atau Rektor dan lain-lain yang menggunakan cara-cara yang baik dalam berpolitik. Dia berharap mahasiswa tidak lagi berpendapat bahwa politik merupakan hal yang perlu ditakuti dan dihindari. (fafa)
No comments:
Post a Comment