Pages

Rasakan Seakan Masih Ramadhan: Ramadhan Selamanya

Ramadhan telah berlalu dan saat ini kita telah memasuki bulan Syawal. Hanya diri kita sendiri yang mengetahui kualitas amalan-amalan kita selama bulan Ramadhan yang lalu. Berapa banyak Ramadhan yang sudah kita lewati tapi kita merasa semuanya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Yang tertinggal dalam ingatan hanya menahan rasa haus dan lapar. Target ibadah Ramadhan pun mungkin masih banyak yang belum dituntaskan. Tidak ada rasa rindu ingin berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan. Kalau kita mencoba flashback ke belakang, maka kita akan menjumpai kelalaian-kelalaian dalam menyambut bulan Ramadhan. Salafush shalih mengatakan,“Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban bulan menyiram. Ramadhan adalah saat pohon berbuah. Bila engkau ingin memetik buah di bulan Ramadhan. Kau harus menanamnya di bulan Rajab dan menyirami tanaman itu di bulan Sya’ban.” Para salafush shalih dahulu, enam bulan berturut-turut menjelang Ramadhan, memohon kepada Allah agar dipertemukan dengan Ramadhan dan selama enam bulan setelah Ramadhan kembali memohon kepada Allah untuk menerima amalan-amalan yang telah dilakukan selama Ramadhan. Mereka merindukan saat-saat berpuasa di waktu siangnya, bermunajat di waktu malamnya dan tilawah di tiap harinya. Rabbana taqabbal minnaa.

Alkisah seorang budak wanita yang dipunyai lelaki shalih dijual kepada sebuah keluarga. Menjelang Ramadhan keluarga baru menyiapkan berbagai macam makanan. Ternyata makanan yang banyak itu untuk menyambut bulan Ramadhan. Saat itu juga, budak wanita yang beriman itu meminta untuk dipulangkan kembali kepada majikannya yang lama. Karena selama bersama dengan majikan lamanya, seakan seluruh tahun adalah Ramadhan. Ia tidak ingin memiliki majikan yang seakan-akan hanya berpuasa di bulan Ramadhan saja.

Ramadhan adalah bulannya ibadah. Bulan yang di dalamnya diperintahkan oleh Rasulullah untuk memperbanyak ibadah ketimbang bulan-bulan lainnya. Merasakan hari ini seakan masih Ramadhan berarti kembali menghidupkan amalan-amalan Ramadhan dengan diiringi kerinduan untuk berjumpa kembali di tahun depan. Kerinduan akan memotivasi kita untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya selama satu tahun ke depan. Berharap mendapatkan malam Lailatul Qadr yang selama ini selalu terlewatkan. Berharap tidak ada lagi penyesalan. Yang ada hanya rasa syukur atas kesempatan yang masih diberikan dan kebahagiaan atas nikmatnya ibadah yang kita rasakan.
Ramadhan adalah momentum reformasi diri. Ada usaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan berusaha meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk dan mulai membiasakan diri dengan amalan-amalan yang baik. Kita mulai dengan melaksanakan puasa Syawal agar mendapatkan ganjaran selama puasa satu tahun penuh.
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
Ramadhan juga bulan kemenangan dan pertolongan. Ada banyak peristiwa heroik yang terjadi selama bulan Ramadhan. Menjadi penyemangat kita dalam memperjuangkan kebaikan di jalan kebenaran. Sebut saja perang Badar, Fathul Mekkah, penguasaan kota ‘Asqalan oleh Shalahuddin Al Ayyubi, dan yang saat ini sama-sama kita saksikan; kemenangan-kemenangan kecil yang terjadi di Palestina atas penjajahan Israel. Israel tidak akan menang melawan Palestina! Karena para mujahid Palestina adalah mereka yang tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh. (QS.3:146-148)

            Dengan menghidupkan Ramadhan di setiap harinya dan mengenang kehadirannya serta menghadirkan kerinduannya, maka rasakan Ramadhan selamanya.

No comments:

Post a Comment