Pukul 02.00 WIB peserta dibangunkan untuk muhasabah. Akhwat di aula khusus akhwat dan ikhwan dibawa ke Makam Jagalan. Keduanya sama-sama diingatkan tentang kematian. Kematian yang tidak akan pernah kita tahu kapan datangnya. Mengingatkan berapa banyak dosa yang telah dibuat dan berapa amal yang telah dikerjakan. Haru penyesalan dan janji hati para peserta untuk lebih baik ini menambah makna tahun baru islam 1434 Hijriyah. Kegiatan selanjutnya sama seperti hari sebelumnya qiyamul lail dan ibadah yaumiyah lainnya untuk menyambut pagi. Bukan hanya itu, olahraga penambah kesegaran jasmani bertempat di lapangan utama bagi ikhwan, dan area persawahan bagi akhwat.
Setelah agenda bersih-bersih, peserta kembali disuguhi materi selanjutnya. Ke-KAMMI-an oleh Ketua Umum Pengurus Wilayah KAMMI Jawa Tengah, Arief Eka Atmaja. Bukan hanya materi, peserta juga disuguhi video-video agenda KAMMI Jateng yang menjawab tanya penasaran peserta tentang KAMMI. ‘KAMMI bukan hanya aksi turun ke jalan, tapi malah banyakan aksi sosial kemasyarakatannya.” demikian kata pembicara.
|
Materi Ke-KAMMI-an bersama Arief Eka Atmaja |
Materi selanjutnya adalah Manajemen Aksi oleh M. Fatih Askarillah. Materi ini membuka mata peserta tentang aksi yang biasanya hanya dilihat dari layar televisi. Ba’da Shalat Jum’at, peserta langsung melaksanakan simulasi aksi yang mengambil isu UKT (uang kuliah tunggal). Simulasi aksi yang cukup lucu. Pasalnya peserta yang sama sekali belum tahu bagaimana prosedur aksi yang sebenarnya melontarkan kata-kata yang membuat peserta dan panitia lainnya tertawa . Simulasi ditutup dengan lemparan air dari lantai atas. Membuat peserta bernafas lega mengakhiri simulasi ini dan kembali ke barisan.
“Jujur saya belum tahu aksi itu gimana, ditambah lagi saya mahasiswa baru. Ya begitu deh, seru tadi tuh. Waktu ketemu ibu-ibu polisi dimintai surat izin, mana saya ngerti. Ditambah lagi tuntutan-tuntutan yang lain. Katanya barisan ikhwan gak boleh dekat-dekat barisan akhwat, kami tambah bingung, tapi seru.” begitu testimoni yang disampaikan oleh korlap aksi, M Haqqiyuddin Rabbani.
“Jujur saya kaget simulasi aksi itu begini. Tapi saya yakin aksi yang sebenarnya itu gak kayak gini ya. Kalau aksi sebenarnya kayak begini tadi mungkin gak ada yang mau aksi.” kata Deti Retnosari menyampaikan pendapatnya soal simulasi aksi yang telah lalu.
Peserta dikumpulkan kembali di aula utama dengan pemutaran film kegiatan yang dipersembahkan oleh panitia. Ditambah lagi pembacaan peserta terbaik ikhwan dan akhwat masing-masing adalah M Haqqiyuddin Rabbani dan Deti Retnosari. Acara ditutup dengan bacaan hamdalah dan salaman berkeliling peserta dan panitia. Tak lupa foto-foto narsis juga tentunya. J
Semua berharap, acara ini adalah modal awal untuk para penerus kader dakwah di wadah ini. Setiap generasi butuh pengganti dan penerus agar lebih baik. Hal ini jelas tertulis dalam Firman Allah yang berbunyi:
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (Quran Surah An-Nisa’ ayat 9)