Jika kita mengikuti sistem demokrasi yang utuh, maka kita harus menyadari, bahwa pemimpin kita lahir dari rakyat itu sendiri. Pemimpin itu lahir dari rahim rakyat, yang bermakna mutlak hukumnya untuk mengabdi pada rakyat. Tidak ada kata lain dan tidak ada tugas lain bagi pemimpin untuk menjadi pahlawan yang memperjuangkan kepentingan rakyat jauh sebelum kepentingan pribadi. Dari pernyataan tadi, dapat dipastikan pemimpin Indonesia masih jauh dari kata pemimpin ideal, lihat saja konflik dan skandal yang menyangkut sang presiden dan keluarganya. Tapi, sekali lagi, tidak ada pemimpin yang sempurna, tapi inilah yang terbaik yang dipilih rakyat saat itu.
Pemimpin itu wakil dari massa yang paling menonjol dari yang lain. Ia adalah gunung diantara para bukit. Dialah kunci utama ke mana negeri ini akan dia bawa. Kata pemimpin erat sekali hubungannya dengan kunci kepentingan rakyat, yang artinya ia harus yang paling berani berkorban dan berani mengambil resiko demi rakyat. Pemimpin harus mau mendengar apa yang diminta rakyat, dan sadar diri bahwa ia tidak banyak tahu apa yang dipikirkan rakyat. Pimpinan yang sok tahu itu akan memiliki sifat sangat subjektif, karena ia bertindak berdasarkan pengetahuannya yang sangat terbatas. Seorang pemimpin harus hidup di tengah-tengah rakyat, mau mendengar kepentingan dan menghayati perasaan rakyat. Pengalaman dan pengetahuan dari rakyat nantinya harus menjadi acuan yang tersusun sistematis menjadi strategi, kebijakan, dan program kerja dan realisasinya untuk rakyat. Pemimpin itu adalah orang yang pemikiran, kebutuhan, dan kepentingannya paling selaras dengan rakyat. Dari pernyataan tadi, dapat dipastikan pemimpin Indonesia saat ini jauh dari ideal, lihat saja cara dualisme posisinya, ia sebagai presiden, namun juga sebagai pembina partainya. Bukan berbicara masalah profesionalitas, tapi masalah keadilan kepentingan yang harusnya di emban. Jadi presiden itu bukan main-main. Tapi sekali lagi, tidak ada pemimpin yang sempurna, tapi inilah yang terbaik yang dipilih rakyat saat itu.
Pemimpin itu harus tegas, teguh pendiriannya, tidak mencla-mencle karena ia mengemban tugas yang sangat besar, yaitu sebagai wakil dari seluruh rakyat. Lihatlah ketidaktegasan pemimpin kita dalam menghadapi investor asing, sehingga yang terjadi saat ini adalah kerja sama dilakukan antara pemerintah dengan perusahaan, bukan antar perusahaan, ini sangat fatal, karena ketika ada masalah dengan perusahaan asing, yang terkena dampak adalah negara. Lihatlah kasus dari perpanjangan kontrak blok mahakam yang kesannya ditanggapi secara mencla-mencle, tidak tegas. Lihatlah bagaimana cara pemimpin kita pesimis untuk mengandalkan kemampuan dalam negeri dalam berbagai hal, contohnya blok Mahakam. Namun sekali lagi, Kawan, tidak ada pemimpin yang sempurna, tapi inilah yang terbaik yang dipilih rakyat saat itu.
Berapa kali, kawanku, saya mengatakan bahwa tidak ada yang sempurna, tapi pemimpin seperti di atas yang dipilih rakyat saat itu? Sepertinya saya perlu menarik perkataan tadi, yang menjadi hal yang penting bukanlah inilah, tapi inikah, inikah pemimpin terbaik yang pernah dipilih rakyat saat itu? Inikah orang nomor satu Indonesia yang diharapkan bisa menjadi panutan, yang menomorsatukan pula kepentingan rakyatnya? Mari kita kaji ulang, jadikan referensi untuk bahan pembelajaran agar kita nantinya dapat lebih selektif lagi memilih pemimpin kita. Kenali lagi calon yang akan kita pilih nantinya, karena dialah tonggak utama yang memperjuangkan kepentingan rakyat 5 tahun ke depan. Intinya, ke depan, kita sangat berharap sekali, saya sebagai bagian dari rakyat Indonesia, bisa menyaksikan kepemimpinan ke depan untuk Indonesia adalah kepemimpinan yang garis pimpinannya berasal dari kepentingan seluruh rakyat. Mari ramaikan Pemilu 2014, pilih yang terbaik untuk masa depan yang lebih baik.
Ditulis oleh:
Muhammad Syarief
(Staf Departemen Kajian Strategis PK KAMMI FT Undip)
(editor: Fafa)
0 komentar:
Post a Comment