Ketika ADK Jatuh Cinta
4/24/2012 02:07:00 PM
6 comments
Oleh : Lukas Santoro
Antum ADK? Pernah jatuh cinta?
Pekan yang lalu, tema “cinta” menjadi
diskusi khusus dalam halaqoh saya. Dan menjadi seperti rentetan cerita
bersambung ketika saya saksikan banyak teman-teman yang sepertinya sedang kasmaran. Kok tahu? Anggap saja sok tahu. J
Apakah cinta itu dilarang?
Tentu tidak. Cinta itu tidak
direncanakan datangnya dan merupakan fitrah dari Yang Maha Membolak-balikkan
hati. Tetapi mengapa Islam melarang pacaran? Karena itu adalah salah satu jalan
yang dihias indah oleh setan untuk menjatuhkan manusia ke dalam lembah
kenistaan (zina). Dan Allah memerintahkan kita untuk tidak mendekati zina.
Pacaran juga dapat membuat seseorang menjadi tidak realistis, penghayal,
bersikap tidak adil, dan jauh dari mengingat Allah swt.
Bagi orang yang normal, jatuh cinta
itu pasti terjadi, kapan pun waktunya. Tetapi setiap orang memiliki cara
masing-masing untuk memanajemen cinta yang sedang menyelimuti hati mereka. Ada
yang ketika jatuh cinta langsung tergesa-gesa untuk menjadikan orang yang
dicintainya itu sebagai pacarnya. Ada juga yang berusaha cuek dan meluruskan
kembali hatinya untuk mengingat Allah swt.
Kadang, masih ada aktifis dakwah
kampus (ADK) yang merasa bimbang ketika jatuh cinta. Bimbang untuk memutuskan
antara pacaran atau tidak. Sebetulnya secara prinsip sudah tahu bahwa pacaran
itu dilarang dan banyak kemudharatan di dalamnya, tetapi kadang setan punya
argumen dan strategi yang cukup kuat untuk membalikkan akal dan prinsip yang
sudah teguh sekali pun.
Ketika prinsip kita masih teguh
menyatakan bahwa kita tidak boleh pacaran, setan tidak akan menyerah begitu
saja. Setan akan mencari celah dan bekerja keras untuk menggoda kita ketika
sedang lengah. Misalnya saat kondisi internal lembaga sedang kacau, antara
ikhwan dan akhwat selalu tidak sepaham dan pernyataan-pernyataan tidak krasan
mulai keluar dari mulut pengurus, saat itulah setan memiliki peluang besar
untuk menjatuhkan kita. Setan akan menggoda pimpinan lembaga dengan mengatakan:
“Tanggung jawab lembaga ini ada ditangan
antum wahai calon saudaraku, jangan engkau biarkan lembaga ini runtuh di tanganmu
karena engkau membiarkan para pengurus tidak krasan dalam lembaga ini. Para
akhwat yang berjilbab lebar itu juga manusia, mereka butuh diperhatikan secara
informal di luar tanggung jawab sebagai pengurus. Mereka pasti akan bosan jika
engkau selalu berkomunikasi kepada mereka seputar tugas-tugas lembaga dan
dakwah. Cobalah perhatikan mereka dari segi yang lain, tanyakan kabarnya,
tanyakan kabar orang tuanya, tanyakan perihal kesukaannya, tanyakan kondisi
ruhiyahnya, misscall ia saat waktu tahajjud, ingatkan ia ketika waktu dhuha,
kirimi puisi-puisi tentang ukhuwah, perhatikan terus kondisi mereka, karena
engkau harus mengikat hati mereka agar ukhuwah pengurus tetap terjaga. Dan
engkau yang harus melakukan itu, karena engkau yang bertanggung jawab terhadap
lembaga ini.”
Mungkin seperti itulah setan mencoba
menjebak kita para ADK (Aktifis Dakwah Kampus), membisikkan kata-kata penuh
keindahan untuk membalikkan akal dan prinsip kita. Jika kita mengikutinya dan
mulai terjebak di dalamnya, setan akan menawarkan jalan keluar dengan dua
pilihan, antara dosa kecil dengan dosa yang cukup besar. Tentu kita akan
memilih dosa yang lebih kecil, setelah itu kita terjebak lagi dan setan
menawarkan lagi antara dosa sedang dengan dosa yang lebih besar, dan seterusnya
hingga kita terjatuh dalam lumpur yang penuh dosa. Sebetulnya tidak ada
salahnya ketika berusaha membentuk ukhuwah para pengurus, yang perlu kita
lakukan adalah berhati-hati agar usaha yang kita lakukan tidak melanggar
batas-batas syar’i dan jangan terlalu berusaha memainkan hati, karena hati
adalah kuasa dari Yang Maha Membolak-balikkan hati. Lakukan saja sewajarnya.
Saya akan memaparkan beberapa hal yang dapat mencegah/melindungi kita para
ADK dari penyakit/virus yang ditimbulkan dari perasaan cinta, mungkin ada hal
lain yang bisa dilakukan, namun inilah cara yang saya tahu cukup efektif.
1. Meluruskan dan Menata Niat di Hati
Kita perlu meluruskan niat di hati kita bahwa partisipasi kita
dalam lembaga dakwah kampus adalah untuk mencari keridhoan Allah swt dengan
menciptakan sebanyak-banyaknya peluang kebaikan bagi diri dan lingkungan kita.
Jika dalam perjalanannya mulai ada bisikan-bisikan yang mencoba menggeser niat
kita, atau ada sekutu niat selain mencari keridhoan Allah, maka kita harus
memanaj hati kita agar kembali kepada tujuan semula.
Kita para aktifis dakwah adalah orang yang sentiasa pikirannya
sibuk untuk memikirkan dakwah, maka jangan biarkan hati kita terlalu mellow
sehingga mengurangi totalitas dan kefokusan pikiran kita. Banyak hal yang dapat
membuat hati kita menjadi mellow, diantaranya musik-musik sendu, novel
romantis, film/sinetron percintaan, sering berikhtilat (berbaur) dengan lawan
jenis, dll.
2. Membiasakan Diri dengan Tarbiyah Dzatiyah
Tarbiyah Dzatiyah (tarbiyah individual) adalah usaha yang
dilakukan seseorang secara pribadi untuk senantiasa mendekatkan diri kepada
Allah swt. Tarbiyah dzatiyah tidak cukup sekedar membaca buku atau mendengarkan
ceramah, tapi yang lebih penting adalah melakukan ibadah harian (yaumiyah),
seperti membaca alquran, shalat tepat waktu, berdzikir, shalat sunnah,
qiyamullail, dan ibadah mahdhah lainnya. Meski kita sibuk mengurusi dakwah
(tarbiyah ijtimaiyah), kita tidak boleh mengesampingkan tarbiyah dzatiyah,
karena keduanya merupakan hal penting
yang tidak boleh ditinggalkan. Perhatikan nasihat Imam Syahid Hasan
al-Banna berikut ini “Maka seseorang
tidak dibenarkan meninggalkan kewajiban-kewajiban individu (ibadah) dengan
alasan sibuk melaksanakan kewajiban sosial. Juga sebaliknya, seseorang tidak
dibenarkan meninggalkan kewajiban-kewajiban sosial dengan alasan sibuk
melaksanakan kewajiban individu, sibuk beribadah dan berhubungan dengan Allah
swt.” Sehingga kita harus dapat menyeimbangan aktifitas dakwah dengan kewajiban
individu (ibadah).
Membiasakan diri dengan tarbiyah dzatiyah akan memperkecil
kemungkinan seseorang untuk futhur dan melakukan hal yang sia-sia, sebab ia
selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah swt melalui ibadah-ibadah
yaumiyahnya. Orang yang terbiasa dengan tarbiyah dzatiyah juga akan lebih
sensitif terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam dirinya
(hatinya), sehingga ia akan lebih cepat merespon penyimpangan tersebut dan
dengan segera memperbaikinya.
3. Manajemen Komunikasi
Komunikasi yang berlebihan antara ikhwan-akhwat kadang memicu terjadinya
perubahan perasaan terhadap lawan komunikasinya. Apalagi jika komunikasi yang
berlebihan itu dilakukan intens terhadap orang tertentu. Bukan hanya komunikasi
secara langsung, komunikasi lewat sms, facebook atau media yang lain pun bisa
mempengaruhi perasaan orang terhadap lawan komunikasinya. Kebanyakan ikhwan-akhwat justru malah sering
berkomunikasi lewat sms atau media komunikasi, sebab dalam komunikasi langsung
biasanya dibatasi oleh hijab.
Jika yang dikomunikasikan adalah seputar tugas atau berkenaan
dengan amanahnya dan tidak berlebihan serta tidak berkomunikasi pada jam malam,
maka tidak menjadi masalah meski komunikasi dilakukan secara intens. Namun jika
komunikasi sampai larut malam atau tidak jelas apa yang dibahas sehingga
membuat ikhwan/akhwat cenderung menunggu-nunggu kabar (sms) dari orang
tersebut, atau merasa ada yang kurang jika belum berkomunikasi dalam waktu
seharian, maka perlu diwaspadai bahwa kemungkinan ada yang salah dengan pola
komunikasinya. Sehingga perlu dilakukan evaluasi dan diatur kembali pola
komunikasi yang dilakukan.
Saya mencoba mengutip tulisan Ridwansyah Yusuf dalam bukunya Analisa Singkat Problematika Dakwah Kampus pada poin komunikasi ikhwan dan akhwat, bahwa komunikasi yang dilakukan antara ikhwan
dan akhwat perlu diefesienkan sedemikan rupa, agar tidak terjadi fitnah yang
mungkin bisa terbentuk. Ada contoh
sms seorang ikhwan ke akhwat, dalam dua versi dengan topik yang sama, yakni
mencocokan waktu untuk rapat.
Versi 1
Ikhwan: assalamu’alaikum ukhti, bagaimana
kabarnya ? hasil UAS sudah ada ? J
Akhwat: wa’alaikum salam akhie, alhamdulillah
baik, berkat do’a akhie juga, hehehe, UAS belum nih, uhh, deg-deg an nunggu nilainya, tetep mohon
doanya yah !!
Ikhwan : iya insya Allah didoakan, oh ya ukhti, kira kira
kapan yah bisa rapat untuk bahas tentang acara ?
Akhwat: hmhmhm... kapan yah ? akhie bisanya
kapan, kalo aku mungkin besok siang dan sore bisa
Ikhwan: okay, besok sore aja dech, ba’da
ashar di koridor timur masjid, jarkomin akhwat yang lain yah
Akhwat: siap komandan, semoga Allah selalu
melindungi antum
Ikhwan: sip sip, makasih yah ukhti, GANBATTE
!! wassalamu’alaikum
Akhwat: wa’alaikum salam
Versi 2
Ikhwan : assalamualaikum, ukh, besok sore bisa rapat acara
ditempat
biasa ? untuk bahas acara.
Akhwat: afwan, kebetulan ada quis, gimana
kalo besok siang aja?
Ikhwan: insya Allah boleh, kita rapat besok
siang di koridor timur masjid, tolong jarkom akhwat, syukron, wassalamu’alaikum
Dari dua contoh pesan singkat ini kita
bisa melihat bagaimana pola komunikasi yang efektif dan tetap menjaga batasan syar’i. Pada versi 1 kita bisa melihat
sebuah percapakan singkat via sms antara ikhwan dan akhwat yang bisa dikatakan
sedikit “lebai” ( baca “ berlebihan ), sedangkan pada versi 2 adalah percakapan
antara ikhwan dan akhwat yang to the point,
tanpa basa basi. Sebenarnya bagaimana kita membuat batasan tergantung bagaimana
kita membiasakannya di lembaga dakwah kita saja. Perlu adanya leader will untuk membangun budaya komunikasi yang efesien
dan “secukupnya”.
Dalam hal percakapan langsung, seorang
ikhwan dan akhwat sangat diharapkan untuk menjauhi percapakan berdua saja,
walau itu di tempat umum. Alangkah baiknya jika salah
satu ikhwan atau akhwat meminta muhrimnya
(sesama jenis kelamin) untuk menemaninya. Dengan itu diharapkan pembicaraan
menjadi terjaga dan meminimalkan kesempatan untuk khilaf. Dengan melakukan
pembicaraan yang secukupnya ini sebetulnya dapat lebih membuat pekerjaan
menjadi lebih cepat dan efektif. Karena setiap pembicaraan yang dilakukan tidak
ada yang sia-sia, semua membahas tentang agenda dakwah yang dilakukan.
4. Manajemen Lembaga
Sebagai sebuah lembaga dakwah kita berusaha untuk bisa optimal
memanfaatkan seluruh potensi pengurus dengan tetap menjaga batasan-batasan
syar’i. Untuk itu perlu adanya manajemen kerja yang jelas antara ikhwan dan
akhwat. Saya berpendapat dalam sebuah lembaga dakwah perlu adanya koordinator
akhwat untuk mengkoordinir kepentingan akhwat secara pribadi, misalnya untuk
penjagaan kondisi ruhiyah dan semangat, sehingga hal ini tidak perlu diambil
alih oleh ikhwan yang mungkin akan menimbulkan interaksi yang berlebihan jika
itu dilakukan. Koordinator akhwat bisa diambil dari pengurus akhwat yang
memiliki kompeten untuk mengkoordinir pengurus akhwat yang lainnya, misalnya ketua kemuslimahan atau
sekretaris departemen yang juga dari kalangan akhwat. Ketua lembaga atau kepala
departemen cukup mengecek kondisi staf akhwat kepada koordinator akhwat, begitu
pula sebaliknya.
Lembaga juga harus dapat memberikan perlakuan apabila ada pengurus
yang ‘nakal’, yakni melanggar batasan-batasan syar’i dalam
berinteraksi/berkomunikasi dengan lawan jenisnya. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga pengurus dari kekhilafan serta menjaga izzah lembaga.
Dalam pembagian kerja teknis, pekerjaan yang dilakukan bersama-sama antara ikhwan dan akhwat
diharapkan dapat diminimalisasi. Sebaiknya pekerjaan dilakukan secara terpisah
(berbeda tempat) untuk menghindari terjadinya ikhtilat yang berlebihan,
misalnya untuk dekorasi, pembuatan mading, pembungkusan konsumsi, dan lain
sebagainya.
Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.
6 komentar:
Asslam.. Syukran dah mengingtkan terkadang rasa itu bisa timbul .. meski ari hal2..yang begitu halus.. yakni chat di fb tau Ym juga.. Nice post..
syukran sudh mau berbagi, smga itu bisa mnjadi gmbarn dn bsa seallu trtanam dalm diri setiap personil ADK untuk sllu senntiasa brhati-hati dlm brsikp.
Wa'alaikumsalam...
semoga bermanfaat untuk antum dan kita semua..
demi kebaikan bersama ^_^
mau ke siapapun juga sebisa mungkin berkomunikasi secara efektif terlebih ke yg bukan Mahramnya, tidak perlu diperpanjang ataupun diperlebar,
akh, di biasakan kalau menulis di sertakan referensi ny ya... :) (udhi)
referensi sudah dimasukan ke dalam tulisan mas. selebihnya hasil diskusi dengan temen2 liqo.
Post a Comment