“Hati-hati terkecoh dengan
kuantitas kader, tercatat di kertas namun ghaib di lapangan.”
Kader
merupakan aset termahal dalam gerakan dakwah karena hakikat dakwah adalah
pewarisan. Gerakan dakwah yang sukses mengelola kadernya akan menghasilkan
barisan pejuang dakwah yang penuh berkah. Aktivitas keseharian yang dijalani
tidak lepas dari syuro-syuro progressif, merumuskan kerja-kerja besar dan
cerdas serta amal yang berkualitas dan sistematis. Tidak melulu disibukkan
dengan permasalahan internal lantaran kader yang tidak militan, ukhuwah kurang,
dan segudang permasalahan cemen lainnya.
Dalam
Alqur’an Allah telah memberikan taujih tentang bagaimana mengelola kader. “Dan berapa banyak para nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak
menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah dan tidak lesu
dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang
sabar. Tidak ada doa selain ucapan; “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami
dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan
tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum kafir.” Karena itu
Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala di akhirat. Dan Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. 3:146-148)
Dalam ayat tersebut, beberapa arahan
yang diberikan Allah terkait pengelolaan kader sebagai berikut,
Pertama,
Nabi membutuhkan pengikut dalam jumlah
yang besar sebagai barisan mujahid fi
sabilillah.
Kedua,
mereka itu memiliki kualitas yang handal
dalam medan perjuangan; tidak mudah lemah (‘adamu
al wahn), tidak mudah lesu (‘adamu
adh dha’fu), tidak gampang menyerah (‘adamu
al istikanah).
Ketiga,
mereka adalah orang-orang yang menyadari
kelemahan dan kesalahan diri.
Memperbanyak jumlah memang perlu, namun
kalau tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas maka tidak akan banyak
berguna. Medan yang akan kita tempuhi adalah pertarungan antara haq dan bathil, yang mana Allah akan memenangkan mereka yang teguh menjaga
nilai-nilai kebenaran dan persaudaraan bukan karena sebab materi dan jumlah.
Mungkin terlalu berlebihan kiranya jika
kita mengharapkan kader-kader KAMMI yang telah dibina bisa sekelas HAMAS di
Palestina. Tapi setidaknya mereka memenuhi kualifikasi Allah untuk dimenangkan
di pertarungan yang tidak seberapa ini.
“Orang yang merugi adalah mereka yang
melalaikan sahabat-sahabatnya dan wajihah yang merugi adalah mereka yang
melalaikan kader-kadernya.”
Diperkirakan
jumlah kader KAMMI sampai saat ini mencapai 40.000 tersebar di seluruh
Indonesia. Tentu saja sangat sedikit jumlahnya bila dibandingkan dengan jumlah
mahasiswa Indonesia di tiap tahunnya. Namun, pernahkah KAMMI melakukan evaluasi
di tubuh KAMMI sendiri, dari 40.000 kader itu ada berapa yang benar-benar nyata
di lapangan bukan hanya sekedar nama?? Mungkin tidak ada setengahnya jika kita
berkaca pada komisariat masing-masing.
Dengan
demikian, bisa jadi kemandegan dan kemunduran yang terjadi selama ini karena
kealphaan kita sendiri. Kita lalai bahkan mungkin masih setengah-setengah dalam
mengelola kader yang tersedia di depan mata baik secara kualitas maupun
mentalitas yang kemudian berdampak pada kinerja dan pola pikirnya. Akibatnya, KAMMI
tidak tercitrakan dengan baik. Perlu diketahui, secara pragmatis, untuk menarik
daya terima Indonesia saat ini kita cukup membangun citra. Tentu saja citra
yang dibangun dari kerja-kerja baik yang diistiqamahi bukan citra tipuan yang
membodohi.
100 ribu kader KAMMI Penggerak
Kebangkitan Indonesia
Betapa
menggemparkannya 100 ribu kader KAMMI Penggerak Kebangkitan Indonesia itu. Dan akan
lebih menggemparkan lagi jika kualifikasi kader yang dihasilkan adalah sebagaimana
yang Allah nyatakan dalam surah Ali Imran:146-148 atau 100 ribu kader itu hanya
akan menjadi laksana buih di lautan.